Beranda

Rabu, 04 Januari 2017

Maaf, Simbah Tak Mengucap Selamat Natal



Kabar bungah itu diterima simbah, hanya beberapa jam menjelang pergantian tahun 2016 ke 2017. Seorang kawan lama akan datang dari kampung untuk liburan dan silaturohmi ke rumah.

Simbah yang sebelumnya murung karena tak pulang kampung di akhir tahun ini pun mendadak sumringah. Dia minta tolong si Mbak untuk belanja ke pasar, membeli daging, sayur dan buah-buahan. "Pokoke masak sing uenak (pokoknya masak yang enak)," kata Simbah.

Si Mbak tak bisa menolak, meski saat Simbah bertitah hari sudah beranjak siang. Tak banyak lagi pilihan daging, sayur dan buah di pasar. Beruntung ada alternatif pasar lain, sehingga tak susah memenuhi permintaan Simbah.

Tepat saat matahari muncul pertama kali di tahun 2017, Mbah Mangun sohib Simbah dari Kampung tiba. Simbah yang masih mengenakan sarung dan baju muslim usai salat Subuh nampak menyambut Mbah Mangun di teras.

"Weleh..weleh.. piye..piye, numpak opo iki mau (walah, walah, gimana-gimana, naik apa ini tadi)," tanya Simbah.

"Numpak sepur (naik kereta)," jawab Mbah Mangun.

Jumat, 15 Juli 2016

Trend Update Status Usai Ibadah: Biar Pahala Habis, Asal Eksis


Simbah takjim menyimak ceramah usai Khutbah Jumat hari ini. Duduk di shaf terdepan persis di bawah mimbar, lelaki yang lahir saat tombak serta bambu runcing menjadi senjata andalan melawan Belanda dan Jepang itu menyimak setiap kata yang diucapkan sang khatib.

Saya yang duduk di baris kedua tertarik mengamati Simbah. Saat Khutbah Jumat, Simbah lebih sering terlihat tertunduk karena mengantuk ketimbang menyimak isi ceramah. Ini berbeda dengan saqat khotib memberikan ceramah usai Khutbah Jumat.

Selasa, 21 Juni 2016

Negeri Para Pendebat

"Seperti 'kehidupan' di jalan raya, semua merasa benar. Tak ada yang merasa salah. Pemobil salahkah pemotor, pemotor salahkan pejalan kaki, pejalan kaki salahkan pemobil,".  Kalimat itu diucapkan Mbah Mangun dari balik pagar gapura saat berjalan bersama Simbah dan Pak Dhe, usai mengikuti rapat RW.

Meski berjarak 10 meter dari kamarku, suara khas Mbah Mangun yang agak ngebass karena sering merokok terdengar jelas. Saya kurang paham materi pembicaraan tiga pria generasi 40-an itu. Hanya saat mereka bertiga berjalan menuju teras persis di samping kamarku, terdengar sayup-sayup mereka membahas sejumlah perdebatan yang akhir-akhir ini terjadi.

Senin, 13 Juni 2016

Berat Sekali Tugasmu Pak Ustaz?

Foto ilustrasi. (by: Tempo.co)
 Simbah nyaris tersedak. Teh nasgitel di cangkir kaleng itu tak jadi dia seruput. Pak Dhe yang duduk di depannya langsung mengambil kain untuk mengelap air teh yang sempat muncrat membasahi meja dan lengan kursi.

Rupanya beliau kaget mendengar sayup-sayup suara televisi dari kamar si Mbak yang tengah menyetel siaran infotainment. "Rumah tangga sang ustaz kini diambang perpecahan. Sudah tiga bulan ini pak kiai tak pulang ke rumah. Alasannya dia sibuk ceramah. Akankah rumah tangga dai kondang itu berakhir dengan perceraian,".

Rupanya kalimat itulah yang membuat Simbah nyaris tersedak. Maklum kalimat disampaikan dengan intonasi agak lebay,-kalau menurut bahasa gaul anak sekarang. Simbah kaget, "Benarkah rumah tangga Pak Ustaz itu berantakan?.

Jumat, 03 Juni 2016

Anak Gembala yang Hilang


Foto by gusalit2004


Lantunan gending Kutut Manggung mengalun dari kamar Simbah. Di rumah kami, suaranya gending yang populer setelah dibawakan maestro keroncong Waldjinah itu hampir beradu keras dengan alunan ayat suci dari Masjid.



Petang itu selepas Salat Magrib, Simbah nglaras di teras rumah seperti kebiasaannya waktu dulu di kampung. Bedanya dulu di kampung dalam sehari Simbah bisa dua kali nglaras; yakni selepas makan siang dan menjelang Isya.

Kini meski tinggal di pinggiran Jakarta yang tak jauh beda dengan suasana kampung, Simbah hanya bisa sekali nglaras. Itu pun belum tentu sehari sekali. Banyak waktunya tersita untuk momong buyut atau berdiskusi dengan anak-anaknya.

Kamis, 02 Juni 2016

Benarkah Jokowi Politikus Ulung, Siapa Gurunya?

Luhut meninjau persiapan pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo. Foto: Metrotvnews.com/Pythag Kurniati



Dua belas purnama sudah, Simbah dan Pak Dhe tak bercakap-cakap di teras rumah. Pak Dhe mengurusi dua putrinya yang kuliah di Malaysia. Adapun simbah setelah umrah tahun lalu lanjut 'reuni' dengan kawan seperjuangan di kampung halamannya.

Maka, obrolan Minggu pagi, 29 Mei 2016 kemarin menjadi istimewa bagi dua pria beda generasi itu. Ditemani teh nasgitel dan aneka jajanan pasar mereka diskusi soal kondisi jagat perpolitikan terkini di tanah air.

Pak Dhe dan Simbah tak mau kalah dengan bapak-bapak yang sering membahas isu politik di warung kopi sebelah rumah. "Jokowi ini rupanya seorang politikus ulung, pinter," kata Simbah membuka percakapan sambil jemari tangan kanannya mengusap layar komputer tablet di atas meja.


Jumat, 12 Desember 2014

Apa Arti Sukses Menurut Anda?




Materi Khotbah Jumat tadi tentang 'Arti Sukses' rupanya memantik Simbah untuk membahasnya sesampai di rumah. Sambil bersantap siang di teras, Simbah dan Pakdhe berdiskusi soal 'Arti Sukses'.

Setiap orang menurut Simbah memiliki tolak ukur yang berbeda-beda dalam mengartikan kata sukses. Seorang pedagang jamu yang berhasil menyekolahkan anaknya hingga meraih gelar sarjana misalnya bisa disebut sukses.

“Pedagang jamu itu sukses mengantar anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi,” kata Simbah.

Ada juga seorang pedagang makanan yang merasa sukses setelah berhasil mencapai omset Rp 1 juta per hari, dan memiliki beberapa cabang. Atau seorang pengojek yang bisa mendapatkan penghasilan Rp 100 ribu per hari juga sudah merasa sukses.

“Jadi ukuran sukses bagi setiap orang itu berbeda-beda,” kata Simbah.