Beranda

Rabu, 14 Juli 2010

serbuan gadget, dan Tergusurnya Media Cetak

Akankah tablet gusur Netbook?
Itu judul berita di harian Bisnis Indonesia Rabu, 14 Juli 2010, yang bersumber dari penelitian Barclays Capital awal Juli ini. Baru beberapa bulan diluncurkan produk komputer tablet ini sudah terjual 15 juta di Indonesia. dan akan tumbuh menjadi 28 juta pada 2011.

Kepopuleran komputer tablet disebut-sebut akan memangsa komputer pribadi tradisional dan notebook. Ini masuk akal, karena dipasaran Apple Ipad salah satu dari komputer tablet dibandrol dengan harga kurang dari Rp 6 juta. Sementara notebook dipasaran masih dibandrol dngan harga Rp 6,6 juta.

Selain aplle diperkirakan HP, Dell dan mungkin yang lainnya akan menyusul diparuh kedua 2010 ini.

Nah barusan saja baca artikel di Koran Tempo, edisi 4 Agustus Research in Motion juga berencana meluncurkan "papan tulis digital". Blackpad namanya. Malah rencananya akan diluncurkan November tahun ini.


Gadget-gadget tersebut tentu akan tampil dengan keunggulannya masing-masing. Bagi social media worker jelas sangat membantu. bagi yang keranjingan situs jejaring sosial jelas semakin dibuat terlena. Bagi media pemberitaan, khususnya cetak: Siap-siap saja.

Fasilitas aplikasi epaper yang dicantolkan ke perangkat tersebut jelas makin memanjakan penggunanya. Tak perlu langganan koran, tak perlu ribet membolak-balik halaman. Cukup sekali sentuh, layar sudah beralih ke halaman selanjutnya. Tak banyak kertas terbuang, tak banyak sampah. Tak banyak pohon bertumbangan untuk dijadikan bahan kertas. Praktis, dan ramah lingkungan bukan?

Nah, berbicara ramah lingkungan. Akhir bulan lalu saya menerima tagihan pembayaran pemakaian telepon genggam saya. Providernya XL.

Surat tagihan berikut perincianya dikirim lewat surat elektronik. Ini sudah hampir setahun dilakukan XL. Alasanya, demi menghemat penggunaan kertas sehingga tidak mencemari lingkungan. .


Untuk membuat satu lembar kertas berukuran koran konon dibutuhkan 1 meter kubik kayu. Bisa dibayangkan berapa meter kubik kayu habis untuk memenuhi kebutuhan kertas di Indonesia. Jadi kalau bisa menghemat kertas, kenapa tidak?

Memang ancamanya, pelanggan media cetak banyak yang beralih ke media digital.

Wassalam.

Ki Senen

Selasa, 13 Juli 2010

Mengisi Liburan di Taman Kota?

Apa salahnya mengisi akhir pekan ke taman kota? Pertanyaan itu terbersit saat putri semata wayangku Najma bosan seharian di rumah, Ahad 11 Juli lalu. Ada tiga pilihan taman yang menurut saya menarik disekitar Percetakan Negara, tempat tinggal kami. Taman Monas, Taman Menteng, atau Taman Suropati. Kebetulan Najma sudah familiar dengan tiga tempat itu. Dan menyambut gembira tawaran saya. "Oke, ke taman menteng, mainan pasir," sahut Najma. Pukul sudah menunjukan angka 10.00 pagi. Kami berangkat, melewati jalan Kramat Sentiong, nyebrang Kramat Raya - Raden Saleh - Cik di tiro, dan Menteng. Singkat kata ketika hendak menyebrang jalan Lembang, pikiran saya berubah. kenapa tidak ke taman situ lembang?. Ya Taman Situ Lembang, di Menteng, 100 meter dari Taman Suropati. dengan danau ditengah-tengahnya, dan pepohonan tua yang rimbun, tentu cocok untuk bermain di hari yang menjelang siang. Dan lagi tentu Taman Menteng cuaca panas akan sangat terasa, karena belum banyak tanaman rimbun disana. Sepakat, kemudi saya putar kanan menuju Taman Situ Lembang. Oh, mantab. ternyata bukan kami saja yang tertarik menghabiskan akhir pekan di Taman. Puluhan anggota keluarga ramai bermain di Taman yang dikelilingi rumah-rumah mewah itu. Ada yang menggelar tikar, menikmati bekal makanan, memancing. Semantara anak-anak bermain ayunan, dan bersendau gurau dengan teman-teman mereka dipinggir danau. Dan, Najma pun asyik bermain ayunan, berlari-lari diatas rumput, melihat orang yang memancing ikan,sambil sesekali bermain air. Tak usah khawatir kelaparan atau terusik kemanannya saat bermain di Taman Situ Lembang. Banyak penjaja makanan area ini. bakso, ketupat, tahu genjrot, atau pedagang kopi keliling. Wal hasil, hari itu kami hampir lima jam bermain di Taman Situ Lembang. Cuaca yang tidak begitu panas membuat Najma nyaman dan betah bermain seharian. Hanya ada beberapa kritik atau anggaplah saran untuk pemda DKI khususnya. Tempat mainan anak, khususnya ayunan kalau bisa dasaran, atau alas dibawahnya tidak terbuat dari batu, pasangan batu, atau beton seperti yang sekarang. saat kami kesana ada anak yang terjatuh dari ayunan, kepalanya terbentur. Seminggu sebelumnya konon, kata pengunjung disamping saya, ada yang sampai bocor kepalanya. Alangkah bagusnya kalau ayunan itu beralas rumput atau pasir. akan lebih aman bagi anak-anak. Menghabiskan waktu di Taman bisa jadi alternatif mengisi liburan atau akhir pekan warga metropolitan. Bila selama ini anak-anak sering diajak main ke mall-mall, sesekali perlu la di ajak ke taman. Di luar negeri, orang juga suka berlibur dan bersantai di taman kota. Anna Surti Ariani, psikolog anak menyebutkan beberapa kota besar di dunia yang memiliki taman kota yang dikenal secara internasional. Misalkan New York dengan Central Park-nya, yang sering menjadi lokasi pembuatan film. Taman kota seluas 3,41 kilometer persegi itu tercatat sebagai taman yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Kemudian taman kota berju-lukan The Green City di London, Inggris, taman terbesar Hyde Park, dan Kensington Gardens, hingga taman-taman kecil di pinggiran kota, seperti Greenwich Park, Bushy Park, dan Primrose HilL Jadi kenapa gensi untuk berlibur atau menghabiskan waktu di Taman Kota?

Senin, 12 Juli 2010

Ayo, Kembali ke Sekolah

Sumber: www.korantempo.com



Rencanakan liburan untuk anak secara terperinci dan sampaikan kepadanya agar tidak terlena ketika harus kembali sekolah.


Liburan pertengahan 2005 tidak terlupakan oleh Indrawati, 33 tahun. Ketika itu, ibu rumah tangga ini kebingungan membujuk putri pertamanya, Najwa Khatami, yang ogah sekolah. Padahal liburan sudah berakhir.

Mogok sekolah Najwa, yang kini sudah berusia 10 tahun, itu terjadi berkepanjangan. Awalnya Iin--panggilan Indrawati--mengira Najwa hanya terlalu letih setelah seminggu berlibur ke beberapa tempat wisata di Solo, Jawa Tengah. Karena itu, Iin membiarkan Najwa tak masuk sekolah pada hari pertama. Ia yakin Najwa akan kembali ke sekolah setelah beristirahat. Tapi perkiraan itu meleset.

"Hingga satu minggu kemudian, Najwa tetap tidak mau sekolah," kata Iin, Senin dua pekan lalu, di rumahnya di bilangan Senen, Jakarta Pusat.

Najwa, yang saat itu masih kelas I sekolah dasar, malah asyik bermain dengan adik dan anak-anak tetangganya, yang memang belum bersekolah.

Agar Najwa tertarik kembali bersekolah, Iin membujuk dengan bermacam iming-iming hadiah. Dia juga datang ke sekolah untuk berkonsultasi dengan guru kelas, mencari cara agar anaknya tertarik belajar lagi. "Tapi semuanya gagal. Najwa tetap tak mau sekolah," Iin bercerita. Akhirnya Iin dan sang suami membiarkan anaknya itu tidak masuk sekolah sampai tahun ajaran 2005/2006 berakhir.

Baru kemudian, pada tahun ajaran berikutnya, Najwa mau pergi ke sekolah lagi. "Itu pun setelah diiming-imingi ulang tahunnya akan dirayakan di restoran," kata Iin. Akibatnya, Najwa, yang seharusnya sudah di kelas IV sekolah dasar, baru duduk di kelas III. Pengalaman Najwa ini benar-benar dijadikan pelajaran bagi Iin. Dia dan keluarganya kini jarang berlibur, kecuali libur panjang akhir tahun ajaran.

Konsultan pendidikan anak usia dini Mutiara Padmosantjojo menilai wajar anak yang malas bersekolah lagi setelah berlibur. Menurut dia, gejala yang dikenal dengan holiday syndrome ini kerap dialami tak hanya oleh anak sekolah. Orang-orang dewasa yang bekerja pun sering mengalaminya.

Pada anak sekolah, kata Mutiara, biasanya terjadi karena orang tua tidak memiliki perencanaan acara yang matang dalam mengisi liburan. Anak-anak tidak bisa diajak berpikir secara abstrak, tapi harus secara konkret. Anak tentu senang ketika acara liburan disampaikan secara mendadak dan tidak terencana. Tapi kegirangan itu terkadang membuat mereka terlena. Akibatnya, anak-anak malas ketika harus kembali ke sekolah lagi.

Untuk menghindarinya, Mutiara menyarankan agar orang tua menyusun jadwal dan mensosialisasi rencana liburan jauh hari sebelumnya kepada anak. Akan lebih baik apabila rencana itu dituangkan dalam bentuk grafik. "Hari pertama acara apa, kedua apa, dan seterusnya," kata Mutiara melalui saluran telepon internasional di Singapura, Rabu lalu.

Acara sebaiknya disusun sedemikian rupa agar tidak memberatkan anak, mirip kegiatan olahraga yang memerlukan pemanasan dan pendinginan suhu tubuh. Mutiara mencontohkan, apabila terdapat 10 hari libur, acara-acara yang ringan sebaiknya dilakukan pada hari pertama hingga hari ketiga. Acara puncaknya dilakukan pada hari ke-4, ke-5, dan hari ke-6. Pada hari ke-7 dan ke-8 kembali isi acara liburan dengan hal-hal yang ringan agar perasaan anak lebih tenang.

"Setiap hari orang tua harus mengingatkan, 'Ini sudah hari libur kesekian, lo,'" Mutiara mengilustrasikan. Mutiara menganjurkan agar liburan diakhiri satu hari menjelang masuk sekolah, jangan terlalu mepet, agar ada waktu bagi anak untuk mempersiapkan keperluan sekolah dan mental.

Apabila anak tetap ngotot ingin menambah waktu liburan, orang tua boleh memberi iming-iming hadiah atau janji-janji. Namun, orang tua tetap harus konsisten dan menepati janji. "Sebab, yang terpenting esensinya adalah agar anak tetap ingat pada kewajibannya kembali ke sekolah. Tidak mengulur-ulur waktu." l ERWIN DARIYANTO

Sebelum Berlibur

1. Susun rencana liburan jauh-jauh hari sebelumnya, dan sampaikan kepada anak.
2. Buat program acara secara terperinci dari hari ke hari.
3. Buat dalam bentuk grafik.
4. Isi awal liburan dengan acara-acara yang ringan, kemudian puncaknya dilakukan pada tengah-tengah. Agar anak kembali tenang, dua hari menjelang liburan berakhir, isilah dengan acara yang ringan.
5. Ingatkan anak setiap hari bahwa ini hari liburan kesekian.
6. Jangan terlalu mepet mengakhiri liburan agar ada waktu buat anak untuk mempersiapkan mental dan keperluan sekolah.
7. Jika tidak terpaksa, usahakan tidak memberikan imbalan kepada anak.

Jumat, 09 Juli 2010

Koran Tempo Raih Sampul Muka Terbaik Surat Kabar Nasional



Sumber: www.tempointeraktif.com

Sabtu, 10 Juli 2010 | 01:02 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Koran Tempo mendapat emas dan perak pada anugrah Pressmart Indonesia Print Media Award 2010 dalam kategori suratkabar nasional.

"Ajang ini merupakan kesempatan baik utk meningkatan mutu visual, karena selama ini di tempat kami kualitas bahasa visual dihargai sama dengan bahasa tulisan, " kata Yuyun Nurrachman, Redaktur Desain Koran Tempo yang ditemui usai penghargaan di Annex Building, Wisma Nusantara Jakarta, Jumat (9/7)

Koran Tempo edisi 5 Mei 2009 dengan sampul muka yang separuh halaman bergambar bekas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dengan tuxedo hitam mendapatkan anugrah emas. Penghargaan peraknya jatuh untuk Koran Tempo edisi 30 Oktober 2009 dengan ilustrasi mulut buaya terbuka siap memangsa dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Riyanto

Yuyun menyatakan selama ini cuman tulisan yang kerap dihargai. "Dengan adanya penghargaan cover, kami merasa benar sederajat, sehingga bisa dijadikan motivasi," ujarnya.

Andi Suraji,Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas menyatakan ajang penghargaan sampul muka media cetak ini bagus untuk memotivasi front pagenya koran nasional agar desain artistik dan menarik. Kompas mendapatkan perunggu untuk sampul edisi 21 Oktober 2009

Dalam kategori Majalah Berita dan Bisnis, Majalah Tempo edisi 3-9 Agustus 2009 meraih perak, pemenang emasnya dianugrahkan ke Majalah Gatra edisi 26 Maret-1 April 2009.

Pressmart Indonesia Print Media Award kali pertama ini diikuti 354 karya sampul muka media cetak untuk 16 kategori.

DIANING SARI

Menjadi Whizer Andal

Dikutif dari Koran Tempo edisi Januari 10 JUanuari 2010

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penggila Internet, profesi social media whiz atawa whizer mulai banyak dilirik.

Pitra Satvika tak menyangka, hobinya berselancar di dunia maya dan membuat blog sejak lima tahun lalu kini menuai berkah. Brand atawa merek terkenal menggandengnya, memberi tambahan pekerjaan. Tentu saja dengan imbalan yang menggiurkan.

Sejak pertengahan 2009, beberapa merek terkenal meminta Pitra me-review produk mereka untuk ditulis di blog pribadinya. Dalam kurun enam bulan, sekitar 15 merek terkenal meminta produknya diulas. Namun tak semua ia terima. "Hanya beberapa," kata Pitra kepada Tempo di Menara BNI, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, pada Rabu lalu.

Berkah jagat maya tak hanya dinikmati Pitra. Sejumlah blogger (narablog) lainnya juga menikmatinya, seiring dengan mulai getolnya brand terkenal menggandeng mereka. Fenomena ini dikenal dengan social media whiz. Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, gejala ini sudah merebak sejak sekitar tiga tahun lalu dan, belakangan, mulai menular ke Indonesia, yang pertumbuhan jumlah pengguna Internetnya cukup fantastis.

Whizer, sebutan untuk pegiat social media whiz, telah menjadi profesi di Negeri Abang Sam. Sebuah perusahaan merekrut secara khusus seorang whizer, biasanya dia seorang narablog, untuk menghidupkan brand account mereka. Tugasnya saban hari membuka situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter, menjawab komentar, melempar topik, dan memonitor sejumlah masukan.

Lalu, setiap pekan mendiskusikannya dengan pemilik brand. Pemilik brand ingin tahu apa saja yang dibicarakan orang tentang produk mereka dan bagaimana kemudian menjawabnya, sehingga menciptakan citra positif terhadap produk tersebut. Seorang whizer bisa menerima imbalan puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulannya.

Hanya, di Indonesia, profesi ini masih menjadi pekerjaan sampingan. Pitra dan para narablog lainnya memiliki pekerjaan utama masing-masing. Pitra, misalnya, mendirikan sebuah konsultan media online.

Namun, ke depan, menurut seorang konsultan kehumasan Radityo Djajuri, prospek profesi ini akan semakin bagus. Ini didukung jumlah pengguna Internet di Indonesia yang terus meningkat, kemudahan akses Internet melalui ponsel, dan tarif yang kian murah. "Bahkan akses gratis melalui hotspot dan Wi-Fi," kata Radityo pada Kamis lalu.

Merebaknya pengguna Internet di Indonesia mau tak mau mendorong dunia kehumasan ikut berkembang. Kini dunia kehumasan memasuki era Public Relations 2.0. Aktivitas media relations-nya tak lagi sebatas di ranah media tradisional, tapi kini memasuki media baru. Masuk ke berbagai situs jejaring sosial.

Social media whiz menjadi salah satu bagian kegiatan Radityo sebagai konsultan humas. Sebelum ramai jejaring sosial di Internet, sejak awal 2001 Radit dan tim memoderasi lebih dari 40 mailing list di Internet. Dengan maraknya weblog, Radit mengelola setidaknya 20 weblog. Dengan pekerjaan ini, ia memperoleh pendapatan kotor Rp 50-70 juta per bulan. ERWIN DARIYANTO

Agar Dilirik Brand

Menjadi blogger atawa narablog yang dilirik brand terkenal boleh dibilang bukan perkara gampang. Umumnya, sejumlah brand akan menggandeng narablog yang sudah terkenal dan punya kemampuan mempengaruhi pembacanya.

Berikut ini beberapa kiat agar bisa menjadi incaran brand terkenal.

1. Mampu berinteraksi secara aktif di dalam social media. Melempar topik dan memberikan komentar atas topik yang dilempar narablog lain.

2. Hidup di dunia narablog, sehingga terbiasa melakukan apa yang menjadi budaya di lingkungan tersebut.

3. Menguasai bidang yang sedang dibicarakan dan memahami karakter calon audiens yang menjadi sasarannya. Misalnya, brand Acer atau Microsoft akan memilih narablog yang mengerti tentang teknologi.

4. Mempunyai kemampuan menulis yang baik dan menjawab komentar dengan menarik sehingga pembaca terus mengikuti kelanjutannya.

5. Memiliki kredibilitas di mata target brand/.

6. Selain aktif di dunia maya, narablog harus sering ikut acara "kopi darat" alias tatap muka. Biasanya job diberikan atas saran dari narablog senior. ERWIN | Pelbagai sumber

Paul Si Gurita Ramalkan Spanyol Kalahkan Belanda di Final

AP Photo/dapd, Roberto Pfeil

TEMPO Interaktif, Berlin - Paul Si Gurita meramalkan Spanyol menaklukkan Belanda sekaligus menjuarai Piala Dunia 2010.

Pilihan Paul tersebut disiarkan secara langsung melalui berbagai stasiun televisi di seantero Eropa, Jumat (9/7). Gurita paling terkenal sedunia tersebut terlihat duduk di sebuah kotak yang ditandai dengan bendera Spanyol beberapa menit sebelum mengambil sebutir kerang dan melahapnya.

Paul Si Gurita mengabaikan kotak yang ditandai dengan bendera Belanda. Hal tersebut menyiratkan Paul Si Gurita memilih Spanyol bakal menjuarai Piala Dunia 2010.

Sebelumnya, Paul Si Gurita memprediksikan Jerman menang melawan Argentina, Inggris, Australia, dan Ghana. Paul juga meramalkan Jerman kalah dari Spanyol dan Serbia.

Selain meramalkan final Piala Dunia 2010, Paul Si Gurita juga memprediksikan Jerman menang melawan Uruguay pada perebutan tempat ketiga pada Sabtu besok.

Perkiraan Paul Si Gurita berbeda dengan Mani Si Kakatua. Burung kakatua tersebut memprediksi Belanda menaklukkan Spanyol di final Piala Dunia 2010.

AP| KODRAT SETIAWAN

Kamis, 08 Juli 2010

kartu kredit, wartawan, pengacara, dan Polri

Tiga gadis yang masih belia, berseragam biru, rok selutut menghampiriku begitu aku keluar dari starbuck coffe, Plaza Indonesia. Mereka meminta aku mengggunakan produk kartu kredit sebuah bank tertentu. Berbagai rayuan dan iming-iming dia luncurkan agar aku terpikat. "Aku sudah punya kartu kredit," kataku.
"Kartu mas apa, ini akan ada potongan, hadiah, .....," rayunya.
Kesal dengan rayuan gombal ketiga gadis (jujur saaja lumayan cuantik), aku langsung berkata, "Maaf mbak saya cuma wartawan, masih kontrak lagi........," ucap ku lirih (sok bersahaja).
"O ya mas, maaf. Terimakasih," kata salah satu gadis yang mempunyai lesung pipit di pipi.

Sampai di rumah, telepon genggam jadul ku berdering. nomor tak aku kenal, tapi dengan sok akrab dan fasih dia melafal nama lengkapku. berbasa-basi sejenak, si penelpon yang mengaku dari sebuah bank langsung menawarkan kredit tanpa agunan dengan bunga ringan, plus hadiah black berry. dengan aneka bujuk rayu, namun ketika sekali lagi aku katakan sebagai wartawan kontrak, dia mengucapkan terimakasih dan menutup teleponnya.


Wartawan, Polisi, pengacara, bisa jadi tiga profesi yang paling dihindari bank penyedia kartu kredit, dan lembaga pembiayaan. Ternyata bukan karena orang yang menggeluti tiga profesi itu miskin-miskin. Baru kemarin aku tahu alasannya.... (selebihnya mungkin bisa dilihat di Koran Tempo edisi Minggu, 24 Agustus 2008).

Ketiga profesi tersebut dianggap tahu seluk-beluk atau Undang-undang Hukum Perdata, dan perbankan. maksudnya begini, ketika seorang mempunyai tunggakan kartu kredit, maka itu adalah urusan hutang piutang.
Utang-piutnag disini masuk dalam kasus perdata, dimana pemilik kartu kredit tidak bekewajiban melunasi semua tunggakan. Tetapi membayar sesuai kemampuan..
Praktek-praktek curang dari penyedia kartu kredit, menjadi salah satu senjata untuk membela diri bagi pemilik kartu kredit.
Apa saja praktek2 curang tersebut: Sebut saja misalnya, obral kartu kredit di pusat perbelanjaan tanpa melihat kemmapuan ekonomi nasabah, pemindahan data dari satu penyedia kartu kredit ke penyedia lainnya adalah juga bentuk pelanggaran.

Makanya jangan heran kalau saat ini muncul perusahaan jasa media penyelesaian sengketa kartu kredit. Tidak main-main, nasabah bisa mendapatkan potongan pembayaran hutang hingga 80 persen. Menyadari akan hal itu biasanya buru-buru bank mendekati nasabah yang mengalami tungggakan kartu kredit sebelum disambar pengacara. "Kalau langsung ke nasabah biasanya bank hanya memberi potongan 50 persen. Sementara kalau lewat pengacara potongan bisa mencapai 80 persen," kata seorang pengacara yang juga melayani jasa sengketa kartu kredit.

Mani, Si Kakatua Ramalkan Belanda Kalahkan Spanyol di Final

dikutif dari situs berita www.Tempointeraktif.com

(media.brisbanetimes.com.au)

TEMPO Interaktif ,Ketika Paul gurita di akuarim Sea Life Oberhausen meramalkan Jerman akan kalah dari Serbia di penyisihan grup, tidak seorangpun warga Jerman yang kesal. Namun sejak ramalan hewan tak bertulang belakang itu tepat ketika meramal Spanyol bakal mendepak Die Manschaft dari semi final sontak Paul menjadi hewan paling diburu.

“Lemparkan Paul di wajan penggorengan,” tulis harian Berlin, merangkum keinginan seluruh rakyat Jerman yang lebih menginginkan Paul menjadi santapan di atas piring.

Kini kemungkinannya akan terbalik. Warga Spanyol kemungkinan akan memburu Mani, seekor burung kakatua yang meramalkan Belanda akan mengalahkan Spanyol pada babak final untuk meraih gelar pertama Piala Dunia.

Mani sehari-hari menjadi asisten tuannya seorang peramal. Peramal itu yakin jika tebakan hewan peliharaannya jitu. “Saya yakin 100 persen, apapun yang dipilih Mani akan tepat,” kata peramal yang tidak disebutkan namanya tersebut.

Mani terbiasa membantu memprediksi hubungan cinta maupun keuangan para pelanggannya. Namun kali ini ia menebak tim Oranye yang akan meraih gelar. Keluar dari sangkarnya dengan langkah yang gontai, Mani berjalan ke depan dan memilih kartu putih di depannya yang di belakangnya terdapat bendera Belanda. Di sebelahnya padahal terdapat kartu putih berbendera Spanyol.

Laga final akan digelar di Soccer City, Johannesburg Minggu (11/7). Wasit Inggris Howard Webb akan memimpin laga ini.

Berikut link video Mani ketika memilih Belanda yang akan memenangkan Piala Dunia 2010.

http://media.brisbanetimes.com.au/national/selections/mani-the-parrot-tips-holland-1683104.html?&exc_from=strap

NYTIMES | BAGUS WIJANARKO

Rabu, 07 Juli 2010

Polisi Makan Polisi

Berita 'rekening gendut perwira polri' membuat kuping korps baju coklat memerah. Majalah Tempo yang menurunkan laporan itu diancam akan dipidanakan. meski akhirnya kedua belah pihak berdamai.
Terlepas dari itu, saya ingin lebih menyoroti soal keinginan polisi untuk menangani 'rekening gendut' ini ketimbang melibatkan pihak luar. KPK misalnya, atau tim gabungan seperti yang diusulkan Satgas dan disetujui Komisi Kepolisian Nasional.

Polisi makan polisi, begitu mungkin istilahnya.
Saya perlu menyoroti karena kalau benar pengakuan polisi, yang juga diakui oleh PPATK bahwa data pemilik rekening gendut itu adalah data yang sempat dilansir pada tahun 2005. Maka hasil penelususuranpolisi akan sama dengan tahun 2005 lalu.

Sedikit menengok kebelakang. Berita '15 rekening mencurigakan milik para jenderal' sempat muncul pada tahu n 2005. waktu itu bereddar beberapa jenderal sebagai pemiliknya. kabar simpang siur. Media akhirnya hanya menebak-nebak siapa pemilik rekening itu.
Sama seperti sekarang, Kapolri Jenderal Sutanto waktu itu menolak menyerahkan kasus ini ke KPK.

Hasilnya, polisi waktu itu mengumumkan bahwa 15 rekening itu wajar. Dalam konferensi persnya mereka mengatakan bahwa tidak ada yang janggal dari rekening itu.

Si jenderal A misalnya, disebut memiliki dana banyak dalam rekeningnya karena habis jual sawah berhektar-hektar.

Rekening milik Si jenderal B membengkak karena ada transfer dari bagian keuangan. uang itu adalah dana operasional. dan seterusnya-seterusnya. \

Kasuspun menguap begitu saja. Hingga kemudian Majalah Tempo menulis rekening gendut ini.

Jadi, yakinkah Anda polisi akan serius mengusut 'rekening gendut ini'?

Salam
Selamat beristirahat
Ki Senen