Beranda

Senin, 26 Maret 2012

Lek Sukiyo, Yu Sani: BBM Naik, I Don't Care



Sumber: http://gambar.mitrasites.com/


Mak jegagik, jujur aku kaget mendengar tanggapan Yu Sani, tetanggaku di kampung soal rencana bakal naiknya bahan bakar minyak bersubsidi. “bensin mundhak aku ora nambah mlarat, bensin mudhun yo ra nambah sugih,. Terjemahannya kurang lebih begini: Bensin naik saya tidak nambah miskin, kalaupun turun saya gak tambah kaya.

Yu Sani, perempuan

Minggu, 25 Maret 2012

Adakah Tuhan di Twitter?




Ahad malam kepenuhi undangan dari kawan lama. Sekedar ngopi sambil menikmati malam di Taman Menteng. Hanya secangkir kopi yang dijajakan oleh abang-abang yang membawa sepeda onthel keliling. Kami bertiga ngobrol di salah satu sudut Taman Kodok. Taman ini persis terletak di belakang Taman Menteng.

Di tengah keramaian akhir pekan, tiba-tiba kawan saya nyeletuk. “Kau pikir dengan berdo'a dan sok sholeh di twitter, Tuhan akan mendengar?,”.

Terang

Kamis, 22 Maret 2012

'iPad' itu Blackjelly








Ini melanjutkan tulisan saya soal Dulu Sabak Sekarang iPad –dulu Sabak sekarang iPad-. Najma sudah mulai mengenal yang namanya iPad. Padahal kami belum punya. Rupanya dia tau dari teman-temannya yang main komputer tablet itu sambil menunggu waktu ekstrakurikuler di Sekolahan.



Saya tidak habis pikir,...

Spesifikasi Blackjelly BJ 689





BLACKJELLY BJ 689 Tablet PC 7" Android 2.3 Gingerbread, CPU 1.2 MHz, HD 4 GB 
7 inchi, WVGA wide-screen, 800 x 480(16:9), ANDROID 2.3 Gingerbread, CPU 1.2 MHZ, 256MB RAM, HD 4GB Storage, TFT Resistive Touchscreen, Micro SD Card up to 32GB, IEEE802.11b/g/n wireless network, Skype, MSN



SPECIFICATION :

Rabu, 21 Maret 2012

Negeri Pandemi Korupsi

Izinkan saya sedikit berpendapat, atas sengkarut korupsi di negeri ini. artikel itu bisa diklik di link ini http://edisi.hariandetik.com/?xml=Pagi&startpage=18&iid=60875


Selamat menikmati

salam 

Erwindar 

Bagi yang kesulitan membuka linknya.  Ini naskah asli saya..

 

Negeri Pandemik Korupsi



Persisnya sepuluh tahun lalu. Bersama seorang kawan satu organisasi kemahasiswaan saya mendiskusikan rencana pengadaan kaus untuk sebuah kegiatan. Jumlahnya hanya 300-an. Namun kami sengaja membuka tender. Lelang diumumkan melalui pamflet dan media kampus.  Tak sampai sepekan puluhan penawaran masuk, dari pengusaha sablon kelas besar sampai kalangan pinggir jalan.

Perdebatan terjadi saat masuk dalam tahap penentuan pemenang. Salah satu dari dua peserta final lelang, ada hubungan perkawanan dengan teman saya tersebut. Dalam hal harga keduanya berani memberi murah. Namun dari sisi kualitas, sablonan relasi teman saya itu agak kalah. Hanya karena kedekatan hubungan akhirnya dia yang dimenangkan. Set elah proyek pengadaan kaos selesai, kami mendapat ‘tips’. Ada perdebatan waktu itu, meski tak seramai yang terjadi di Senayan. Meloloskan peserta tender karena kedekatan, dan mendapat imbalan apakah sebuah tindakan korupsi?. Tak ada titik temu, sampai kami lulus.

Selasa, 20 Maret 2012

Antara Dahlan dan Jenderal Hoegeng


Aksi Menteri Negara Dahlan Iskan 'ngamuk' di pintu tol Semanggi Selasa pagi berhasil membuat publik tercengang. Warta tentang aksi pak menteri itupun menghiasi hampir seluruh media online sepanjang hari kemarin. Dan hari ini, media cetak juga ramai mengabarkan. Aksi 'koboi' pengusaha media ini juga memicu warga bersuara tentang betapa buruknya pelayanan Jalan Tol di negeri ini. 

Aksi Dahlan Iskan

Ini Dia Keterangan Depkes Soal Serangga Tomcat


Kawan, sore ini saya mendapat email dari Prof dr Tjandra Yoga Aditama
SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL)  Kementerian Kesehatan RI
.

Email dikirim juga ke sejumlah wartawan untuk menanggapai simpang siur soal serangga Tomcat yang menyerang warga jawa Timur. Berikut ini email lengkap beliau:

PENDAHULUAN
- Serangga Tomcat atau kumbang rove yang dimaksud biasa disebut semut semai, semut kayap. Serangga ini digolongkan pada Ordo : Coleoptera (kelompok kumbang), Sub ordo : Rove Beetle (kelp. kumbang kecil), Famili : Staphylinidae, Genus : Paederus, Spesies : Paederus Littorarius,

Minggu, 18 Maret 2012

Jakarta Mencari Gubernur yang Ikhlas


Editorial kami soal pemilihan kepala daerah Jakarta

Jakarta. Sejak kemerdekaaan Republik Indonesia 1945 sampai sekarang telah 15 kali berganti kepala daerah. Setiap bersalin Gubernur, ganti juga kebijakannya. Namun permasalahan tetap sama. Banjir, kepadatan penduduk, sosial, dan terakhir kemacetan. Dan belum satupun dalam sejarah pemimpin Daerah Khusus Ibukota ini yang tuntas menyelesaikan segala keruwetan Jakarta.

Baik. Membahas masa lalu hanya akan menghabiskan energi. Menatap masa depan tentu lebih produktif. Hanya dalam hitungan hari, Jakarta akan menghelat pesta lima tahunan; Pemilihan Kepala Daerah. Sebanyak 7.545.989 warga akan memilih orang yang akan memimpin kota ini untuk lima tahun ke depan. Nama-nama calon meski belum tetap, telah mulai ramai disebut. Malah sudah ada yang berani mengumbar janji-janji.

Selasa, 13 Maret 2012

Pesan dengan Sebatang Pohon Kelapa



Senin kemarin, usai mengantar Najma ke sekolahnya saya bersama isteri mampir pasar Cikini. Sarapan di Gudeg Bu Hardjo. Dari SD Perguruan Cikini saya sengaja jalan kaki. Lumayanlah jaraknya tak sampai 1 kilometer. Di jalan menuju masuk pasar, persisnya di depan toko bunga, aku menemukan satu bibit atau tunas pohon kelapa. Entah milik siapa, karena hanya tergeletak tanpa pot. Niat mau ambil, tapi saya tak punya lahan.

Tunas kelapa itu mengingatkan saat-saat eyang kakung masih ada.

Selamat Ulang Tahun Tempo




Ucapan selamat ulang tahun Majalah Tempo itu mengalir ke saya. Baik melalui pesan pendek maupun email. Ada sekitar 10-an ucapan. Dan saya baru sadar, setelah sekian lama, tahun ini untuk pertamakalinya saya tidak berhak mendapat ucapan itu. Tahun ini saya sebagai orang yang harus mengucapkan selamat ulang tahun kepada Tempo. Selamat kepada keluarga besar Tempo. Kami bangga pernah menjadi bagian dari keluarga besar Tempo.

Kata-kata Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo pada peringatan Ulang Tahun ke 40, 2011 lalu selalu kami ingat.

“Kami percaya bahwa tugas jurnalisme bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian,” kata pria yang akrab dengan panggilan GM ini. 


Salam

Senin, 12 Maret 2012

Dulu Sabak Sekarang iPad





Sabak dan Grib (buku-lawas.blogspot.com)
Selasa pagi, untuk pertama kalinya Bapak ikut mengantar Najma ke sekolahnya. Di tengah gerimis kami menyusuri jalan Kramat Sentiong, Raden Saleh, dan akhirnya Jalan Cikini Raya 74-76. Kami hanya mengantar sampai pintu gerbang SD Perguruan Cikini. Setelah menyalami dan mengecup Najma, kami pun kembali.

Dalam perjalan pulang itulah, Bapak kemudian mengaku heran dengan situasi dunia pendidikan saat ini. “Emang kenapa Pak,” aku bertanya. Bapak menghela nafas sejenak sambil menyulut sebatang rokok Dji Samsoenya.

Jumat, 09 Maret 2012

Sabda Cinta Dua Agama

Judul Novel : Pelangi Meulbourne, Dua Dunia Satu Cinta
Penulis : Zuhairi Misrawi
Penerbit : Kompas
Cetakan : 2011
Tebal : 552



Cara bertutur yang rapi membuat buku ini layak dibaca dan perlu. Bagi pecinta toleransi dan kedamaian.




Pelangi Melbourne mungkin novel pertama Zuhairi Misrawi. Namun bukan buku perdananya. Ada sejumlah buku yang dia karang. Diantaranya Madinah, dan Mekkah. Keduanya diterbitkan oleh Kompas. Meski berbeda gaya, yakni novel dan buku namun pesan yang ingin disampaikan sama. Toleransi.



Novel Pelangi Melbourne menceritakan perjalanan seorang Zaki Mubarak. Lulusan sebuah Perguruan Tinggi Islam di Selatan Jakarta yang kemudian melanjutkan pendidikan di Melbourne, Australia. Pada awalnya Zaki sempat minder. Di Negeri Kanguru penduduk yang seagama dengan dia, yakni Islam sangat sedikit. Mayoritas warga beragama Nasrani. Dalam benaknya menjadi kelompok minoritas tentu tidak nyaman. Mendapat perlakukan diskriminatif, dibatasi hak-haknya, bahkan dilarang beribadah.



Namun, ketakutannya sirna kala sudah menjamah Melbourne. Ibukota Negara bagian Victoria ini begitu ramah pada penghuninya, baik pribumi maupun pendatang. Pada bagian awal novel inilah, pesan yang ingin disampaikan penulis sudah masuk. Meski negara tak mengurusi masalah agama warganya, namun kerukunan bisa tercipta. Zaki leluasa menjalankan syariatnya. Tak ada yang mengganggu, termasuk pemilik kos yang beragama non muslim.
Selain masalah syariat, Gus Mis, begitu si penulis novel biasa dipanggil, juga menggambarkan betapa Melbourne sangat memanjakan warganya dengan berbagai fasilitas. Transportasi, jaminan keamanan lingkungan, dan tempat belajar yang mendukung. Penulis kemudian membandingkan itu dengan Jakarta. Macet, banjir, seringnya terjadi kemacetan hingga padatnya jumlah penduduk.



Masalah kemudian muncul saat Zaki pacaran dengan Diana Lee, gadis asal Denmark yang beragama Nasrani. Enam bulan berhubungan, Zaki pulang ke Jakarta karena kursus Bahasa Inggrisnya telah selesai. Kepada sang Ibu dia sampaikan maksudnya untuk melamar Diana. Meski sempat shock sang Ibu akhirnya merestui setelah mendapat ceramah dari Kiai Mustajab, seorang ulama terpandang di dekat rumah Zaki.



Sayang keluarga besar, tak merestui hubungan berbeda agama. Tragisnya warga sekitar rumah juga tidak meridhoi. Bahkan mereka memboikot warung nasi, usaha satu-satunya sang Ibu. Sungguh kontras dengan suasana Melbourne. Namun Zaki tidak ingin memperuncing masalah. Dia mengalah, dan memutuskan pindah dari Jakarta Selatan ke Jakarta Barat.



Zaki kembali ke Melbourne untuk melanjutkan kuliah S2. Setelah mendapat restu sang Ibu, dia melanjutkan hubungan kasih dengan Diana. Nasib keduanya meski berbeda agama, namun lebih beruntung daripada Ahmad dan Raudha. Meski Ahmad dan Raudha sama-sama muslim dan berasal dari negara yang sama yakni Arab Saudi namun cinta mereka tak berlanjut ke pernikahan.
Dalam budaya Arab Saudi, soal jodoh seorang wanita harus tunduk pada keputusan orang tua. Tak hanya itu, isteri harus terima saat sang suami hendak poligami. Meski pesimis Raudha menyampaikan keinginannya pada sang ayah. Keinginan Raudha hampir saja dikabulkan sang ayah. Sayang perbedaan klan diantara Ahmad dan Raudha menghalangi cinta mereka. Raudha berasal dari klan Otaiba dan Ahmad Qahtan. Kedua klan itu mempunyai sejarah konflik berkepanjangan yang tak usai sampai sekarang. Raudha dan Ahmad batal bersanding di pelaminan. Sementara Zaki dan Diana meski berbeda agama dan negara akhirnya menikah dan berbulan madu ke Jerusalem.



Pesan Gus Mis tak hanya dalam diskripsi kehidupan Meulbourne, Jakarta, dan Arab Saudi. Namun juga disisipi dalil Alqur'an dan hadist. Memang dari sisi editorial masih ada beberapa alinea yang tidak efisien. Misalnya, pada halaman 244 alinea 4. “Selain dikenal karena pantainya, St.Kilda juga dikenal dengan taman bunga yang hijau, yang dikenal dengan St. Kilda Botanic Gardens. Lalu, di samping itu ada tempat dunia fantasi yang kerap dikunjungi anak-anak, yang dikenal dengan Luna Park. Selain itu, ada tempat yang dikenal dengan kuenya, seperti Acland Street, dan tempat yang dipenuhi rumah-rumah tua, yang dulunya merupakan tempat prostitusi, seperti Robe Street”.



Alinea itu bisa saja dirampingkan, Selain karena pantainya, St.Kilda juga memiliki St. Kilda Botanic Gardens dengan taman bunganya yang hijau. Ada juga Luna Park, semacam dunia fantasi yang kerap dikunjungi anak-anak. Ada tempat yang dikenal dengan kuenya, seperti Acland Street, dan tempat yang dipenuhi rumah-rumah tua, dulunya merupakan tempat prostitusi, seperti Robe Street”.



Namun, editorial itu tak menghalangi pesan yang ingin disampaikan penulis. Cara bertutur yang rapi membuat buku ini layak dibaca dan perlu. Bagi pecinta toleransi dan kedamaian.



ERWINDAR (twitter, @erwindar)














Nih, Spesifikasi Rumah Rp 70 Juta-an


Spesifikasi Rumah Murah

  • Status tanah Hak Guna Bangunan
  • Luas Lantai 36 meter persegi,
  • Konstruksi beton bertulang, dinding setengah tembok batako, dan separuh dinding ke atas menggunakan anyaman bambu diplester, kusen kayu, lantai rabat beton, atap seng.
  • Dindingnya tanpa plester, tanpa cat, tanpa plafon, lantai tanpa keramik
  • Harga yang dibutuhkan untuk membangun rumah ini di luar pajak yaitu Rp 25 Juta. Plus biaya tanah dan lain-lain dihitung harganya Rp 70 juta.


Kelemahan :
  • Kerapihan anyaman mempengaruhi ketebalan dinding setelah plesteran.
  • Kemungkinan panjang dan ukuran dari bilah bambu yang tidak seragam.
  • Sulit dalam teknik penyambungannya pada proses konstruksi.
  • Material bambu diidentikan dengan kemiskinan.
  • Masih terlihat retak-retak pada plesteran dinding jika ayaman susut dan plesteran yang berbeda, bambu yang dipakai tidak cukup kering, kualitas pasir plesteran yang buruk, penurunan tidak merata pada pondasi.

Keunggulan:
  • Konstruksi murah, mudah dan cepat.
  • Kecepatan konstruksi sekitar 3 minggu dengan 3 orang tukang.
  • Pengurangan resiko kebakaran jika dibandingkan dengan rumah bambu biasa.
  • Pengurangan resiko serangan hama perusak kayu seperti rayap, bubuk dan jamur.
  • Bahan baku yang mudah didapat.
  • Tidak diperlukan kerapihan anyaman dan sambungan pada bambu karena akan tertutup plesteran.
  • Konstruksi tahan gempa karena ringan dan tidak kaku



Wow, Ada Rumah Rp 70 Juta-an


Rumah Rp 70 Juta Tetap Digenjot

Pesimis bisa dibangun di Jawa


Jakarta – Pemerintah tetap yakin bisa mewujudkan program rumah murah tipe 36 meter persegi seharga Rp 70 juta. Mulai pekan ini contoh rumah murah tersebut sudah dipamerkan di kantor Kementerian Perumahan Rakyat, Jakarta. Bahkan kementerian mengklaim sudah ada pengembang yang bersedia membangun rumah tersebut di wilayah Depok dan Bekasi.

Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz seperti disiarkan situs resmi kementerian mengatakan rumah murah tersebut harganya hanya sekitar Rp 25 juta. Material bangunan berupa pasangan bata dengan struktur utama beton bertulang. Apabila ditambah harga tanah, jalan, dan bangunan total harganya hanya Rp 70 juta per unit. Menurut dia dengan harga tersebut, rumah ini sangat cocok untuk pegawai negeri sipil ataupun buruh pabrik. "Kalau tidak percaya silakan lihat contoh rumah murah yang sudah kami bangun di halaman parkir kantor," kata Djan.



Menurut Djan, lokasi di Depok dan Bekasi masih banyak tanah dengan harga murah sehingga memungkinkan untuk membangun rumah murah. Selain dua kawasan itu, dia mengklaim ada 50 kabupaten dan kota yang sudah memesan rumah murah untuk PNS. Melihat respon itu, kementerian rencananya bakal menggandeng Perusahaan Umum Perumahan Nasional.

Saat ini, lokasi pembangunan rumah murah diprioritaskan di pinggiran kota. Sebab, selain harga tanah yang masih terjangkau, banyak masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di pinggir kota. Pembangunan rumah murah ini akan berlanjut sampai 2014. Untuk 2012 target pembangunannya sebanyak 200 ribu unit dengan alokasi dana Rp 8 triliun untuk seluruh wilayah Indonesia.

Namun Ketua Umum Real Estate Indonesia Setyo Maharso pesimis rumah murah bisa dibangun di Jawa, mengingat harga tanah yang sudah tinggi. "Kami masih optimis, bisa dibangun. Kalau masih bisa terjangkau untuk masyarakat di luar Jawa," kata Setyo Maharso kepada Detik.

Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo mengatakan kebijakan rumah murah tipe 36 dan seharga tidak melebih Rp 70 juta adalah tidak tepat. Menurutnya, harga rumah tipe 36 saat ini sudah menyentuh Rp 90 juta-an. Selain itu ada sekitar 40 unit rumah di bawah tipe 36 yang tidak bisa terjual akibat kebijakan tersebut. "Hampir tidak ada yang jual Rp 70 juta. Jarang sekali. Kalaupun ada itu paling hanya 1-2 unit rumah. Sekarang saja yang di bawah tipe 36 masih ada 40 ribu unit yang nggak bisa terjual," kata Eddy.

Sumber: www.HarianDetik.com

Rumah Rp 70 Juta Bebas Pajak


Rumah Rp 70 Juta Bebas Pajak

Kenaikan harga bahan bakar minyak dan bangunan menjadi pertimbangan


Kementerian Perumahan Rakyat mengusulkan kenaikan batas harga rumah bebas Pajak Pertambahan Nilai. Apabila selama ini PPN sebesar 10 persen dikenakan untuk rumah seharga minimal Rp 70 juta, kini batas itu bakal dinaikan menjadi Rp 91 juta. Rumah seharga Rp 70 juta bakal bebas dari pajak pertambahan nilai.

Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Pangihutan Marpaung mengatakan alasan kenaikan batas itu karena pertimbangan potensi kenaikan bahan-bahan bangunan. Apalagi ada rencana kenaikan harga bahan bakar minyak dalam waktu dekat. "Soal pembebasan PPN ini sedang disusun, ada kajian, kenaikan BBM dan kenaikan harga bahan bangunan," kata Pangihutan kepada Detik Rabu pagi.

Sebelumnya pemerintah telah menaikkan batasan harga jual rumah sederhana dan sangat sederhana yang bebas pajak pertambahan nilai (PPN), dari harga jual Rp 55 juta menjadi Rp 70 juta. Kementerian Perumahan menurut Pangihutan saat ini terus mendorong pengembangan rumah dengan harga Rp di bawah Rp 70 juta.

Kementerian yakin rumah murah tipe 36 meter persegi seharga Rp 70 juta per unit bisa dibangun di Pulau Jawa. Apalagi saat ini ada rencana pembangunan 1000 unit rumah tipe 36 di Serang, Banten.
Proyek ini merupakan kerjasama dari salah satu pengembang swasta sekaligus pabrik keramik dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMD) Banten. Kementerian akan memberikan bantuan prasarana umum seperti jalan serta saluran air.

Menurut Pangihutan pengembang dari Real Estate Indonesia dan Asosiasi Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) bisa melihat proyek tersebut untuk membangun rumah murah tipe 36 seharga Rp 70 juta. "Masih bisa dibangun tipe 36 di luar Jakarta yaitu di kawasan tertentu karena tanahnya masih murah,” kata dia.

Marpaung menambahkan pembangunan 1000 unit rumah di Serang ini sudah dirancang yang setiap unitnya memiliki dua kamar dan satu kamar mandi. Ia menyebutkan harga Rp 70 juta ini juga sudah termasuk bangunan, tanah, listrik, serta air. Namun, belum termasuk Bea balik nama (BBN) dan
Pajak pertambahan nilai (PPN).

Ketua Umum Apersi Eddy Ganefo mengaku bingung dengan upaya pemerintah yang masih bersikeras terkait pembangunan rumah tipe 36 seharga Rp 70 juta. Menurut Eddy, hampir tidak bisa membangun rumah murah seharga 70 juta yang sudah mencakup tanah, bangunan, dan sarana lain. Ia mencontohkan untuk kawasan pinggiran Jakarta, harga tanah sudah menembus Rp 700 ribu - Rp 1 juta per meter persegi. Hampir mustahil bila tetap dibangun dengan harga Rp 70 juta per unit. Ia mengatakan harga rasional untuk rumah murah tipe 36 adalah Rp 90 juta per unit. "Pengembang bingung. Pengembang jangan disamakan dengan perusahaan pabrik yang bisa bangun perumahan murah untuk karyawannya. Kami bangun kan untuk masyarakat berpenghasilan rendah," ujarnya.

Sumber: Harian Detik




Jejak Sang Arsitek Ekonomi


Jejak Sang Arsitek Ekonomi

Widjojo Nitisastro lahir di Malang, 23 September 1927. Setelah menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1955 dengan predikat cum laude, dia diangkat sebagai Direktur Penelitian Sosial dan Ekonomi UI oleh Prof. Sumitro Djojohadikusumo.

Dua tahun kemudian dia melanjutkan studi ke University of California di Berkeley, Amerika Serikat hingga meraih gelar Phd pada Maret 1961. Presentasi dia tentang rekomendasi kebijakan perekonomian berhasil memikat hati Soeharto. Penguasa Orde Baru itupun mengangkat Widjojo sebagai Tim Ahli Bidang Ekonomi.

Soeharto tak salah pilih. Banyak program-program strategis lahir dari Ide anak didik Begawan Ekonomi Sumitro Djojohadikusomo ini. Perlahan Indonesia bangkit dari keterpurukan akibat kebijakan zaman Orde Lama. Tak salah jika kemudian orang menyebut Widjojo sebagai tokoh di balik kesuksesan Indonesia.

Atas sumbangsihnya itulah, Soeharto kemudian mengangkat Widjojo sebagai Ia sempat diangkat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional periode 1971-1973. Periode 1973 – 1978 dan 1978-1983 dia menjabat sebagai Menteri Koordinator Ekonomi Keuangan dan Industri, merangkap Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Sejak 1983 sampai sekarang dia dinobatkan sebagai Penasihat Ahli Bidang Perencanaan Pembangunan Nasional.

Soeharto kerap menunjuk Widjojo memimpin delegasi Indonesia pada forum-forum ekonomi strategis tingkat internasional. Antara lain Inter-Govermental Group on Indonesia (IGGI) di Belanda (1967-1982), sidang UNCTAD di Nairobi (1967), sidang Menteri-menteri Ekonomi ASEAN di Singapura (1977), dan pada 1982 memimpin sidang European Management Forum di Swiss.
Pada 1984, Widjojo menjadi orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan Elise Walter Haas Award dari Universitas Berkeley, California, Amerika Serikat. Perhargaan tradisi tahunan ini diberikan kepada bekas mahasiswa asing yang jasa-jasanya dianggap menonjol. Dia juga mendapat penghargaan Grand Grois Orde Royal de Monisaraphon oleh pemerintah Kamboja pada 1968 dan Bintang Maha Putera Adipradana Republik Indonesia pada 1973.


*****

Obituari Widjojo Nitisastro: Profesor di Balik Layar


Profesor di Balik Layar

Mirip arloji Swiss: detail, bekerja dengan presisi, dan memiliki reputasi tinggi

Sosoknya jarang muncul di layar kaca. Bicaranya tak meledak-ledak lazimnya politikus, atau pengamat ekonomi masa kini. Bukan karena tak ada panggung. Tapi memang Widjojo Nitisastro bukan tipe ilmuwan yang mencari polularitas, gandrung dengan sorotan lampu kamera apalagi tepuk tangan penonton. Ia sosok low profile. Ia lebih banyak diam. Memilih banyak bekerja. Tak suka menonjolkan diri, ia bekerja dari balik layar.

Namun karena sikapnya itulah dia disegani tak hanya di Indonesia, juga di manca. Muhammad Chatib Basri, ekonom Universitas Indonesia melukiskan sosok Widjojo mirip arloji Swiss: rinci, bekerja dengan presisi, dan memiliki reputasi tinggi. Prediksinya tentang perekonomian banyak terbukti. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana mengenang pertemuannya dengan Widjojo, April tahun 1997 lalu di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian Lantai 4, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.

Widjojo waktu itu sudah mengingatkan akan potensi krisis ekonomi bakal melanda Indonesia. Di Asia krisis bermula dari Thailand. Berselang enam bulan kemudian terbukti. Indonesia dilanda krisis keuangan. Soeharto masih berharap pada pria yang dijuluki arsitek pembangunan ekonomi Orde Baru ini. Widjojo diserahi tugas penuh untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan krisis. Menteri Penerangan Hartono dan Gubernur Bank Indonesia Soedrajat Jiwandono mengumumkan penunjukkan itu secara resmi di Bina Graha, Jakarta 9 Oktober 1997.

Sayang, ekonomi yang dia bangun puluhan tahun itu tak bisa diselamatkan. Kesaktian Widjojo saat Orde Baru lahir tak lagi mampu menghadang krisis. Inflasi melambung dari 11,1 persen, menjadi 77,6 persen. Rakyat menjerit. Aksi unjuk rasa terjadi di mana-mana. Ekonomi dan kekuasan Soeharto pun akhirnya tumbang.


Sosok Widjojo tak lepas dari kontroversi. Pandangan dan kebijakan ekonominya banyak dipuji sekaligus dikritik. Kalangan yang tak suka menyebutnya sebagai Mafia Berkeley. Julukan ini disematkan karena Widjojo memimpin tim ekonomi yang sebagian besar lulusan doktor dan master dari University of California at Berkeley. David Ransom, seorang aktivis Kiri Baru di Amerika Serikat, dalam majalah bernama Ramparts, menulis, Mafia Berkeley sebagai proyek Amerika, terutama Central Intelligence Agency untuk menggulingkan Soekarno dan melenyapkan pengaruh komunis di Indonesia.

Tuduhan David Ransom dibantah Wakil Presiden Boediono, yang juga pernah menjadi anak murid Widjojo. Melalui akun twitternya kemarin Boediono, Widjojo justru membawa Indonesia keluar dari jerat kebijakan ekonomi terpimpin. Tuduhan sebagai antek CIA dan boneka Amerika juga dinilai tidak masuk akal. Boediono menyebut kebijakan ekonomi Widjojo lahir dari pengalaman dan sejarah ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Sampai akhir hayatnya, Widjojo tak pernah mengomentari tuduhan David Ransom. Dia memilih diam dan lebih banyak menularkan pemikirannya sebagai Penasihat Ahli Bidang Perencanaan Pembangunan Nasional. Dan kemarin sang arsitek ekonomi yang tak suka pamer itu benar-benar memilih diam, menuju ke haribaan sang Kuasa. Selamat jalan profesor!

*****

Kamis, 01 Maret 2012

Ketiban Sampur, Nulis Tajuk

Jujur, untuk urusan menulis 'Tajuk' saya paling kurang percaya diri. Disamping,  katakanlah belum cukup umur, juga ini perlu riset dan pengetahuan ekstsra agar tak jadi bahan ketawaan pembaca. Tapi mau tidak mau ini harus dikerjakan. Minimal setiap satu kali dalam sepekan tugas itu mampir juga, Tulis Tajuk. Setiap sore hampir selalu terjadi perdebatan soal materi tajuk, apa yang akan disoroti, dan bagaimana sikap kita. Begitulah, kemarin sore, saya ketiban sampur menulis tajuk.  dan inilah hasilnya..


Benahi Kualitas PNS!


foto by google
Ironi. Di Negara yang sudah enam puluh tujuh tahun mengenyam kemerdekaan ini, hanya lima persen dari 4,7 juta pegawai negeri sipil yang memiliki kompetensi di bidangnya. Artinya 95 persen sisanya hanya memenuhi kompetensi umum, tidak khusus. Sayangnya menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Azwar Abu Bakar tidak ada kesadaran sama sekali bagi mereka untuk ikut pelatihan demi meningkatkan keahlian.


Usia 67 tahun tidak bisa disebut singkat. Selama kurun waktu tersebut sudah beratus kali terjadi proses rekrutmen pegawai negeri sipil. Dan mustahil itu tidak disadari oleh para pengambil kebijakan di negeri ini. Kompetensi pegawai di instansi pemerintahan jelas menunjukan kualitas sebuah birokrasi. Hampir semua sektor di negeri ini tergantung pada bagus tidaknya pelayanan birokrasi. Tengok saja sektor investasi. Predikat sebagai negera tujuan investasi yang saat ini disematkan di Indonesia, tak akan berpengaruh sama sekali, apabila tidak disertai pembenahan birokrasi. Investor butuh jaminan kecepatan menjalankan usaha, selain juga keamanan dan kenyamanan.


Tak salah ketika Gita Wirjawan mencanangkan wajib TOEFL 600 bagi pegawai di Kementerian Perdagangan dan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal. Sebagai pemimpin tertinggi di dua instansi itu dia tahu bagaimana pegawainya bisa melayani masyarakat, terutama investor asing yang ingin investasi di Indonesia. Konsekuensinya memang, pemerintah harus mengeluarkan dana berlebih untuk meningkatkan kompetensi PNS. Ini tak perlu terjadi seandainya seleksi penerimaan pegawai pemerintah diperketat sejak awal.


Menyesali masa lampau tentu tak bijak. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana langkah membenahi birokrasi melalui peningkatan kompetensi pegawai ini bisa berjalan. Wacana pensiun dini bagi pegawai di Kementerian Keuangan bisa dilakukan di instansi lain. Tentunya sambil merekrut pegawai negeri sipil baru. Agar tak terulang kembali kesalahan masa lampau, proses seleksi penerimaan harus diperketat. Setiap calon pegawai yang melamar harus benar-benar diuji sesuai bidangnya.
Tidak seimbangnya jumlah angkatan kerja yang mencapai tiga juta orang sementara formasi PNS yang tersedia hanya 100 ribu, tak bisa dijadikan alasan rendahnya kualitas seleksi pegawai. Reformasi birokrasi mutlak dilakukan, termasuk membenahi kompetensi pegawai negeri sipil.



*****