Foto ilustrasi. (by: Tempo.co) |
Rupanya beliau kaget mendengar sayup-sayup suara televisi dari kamar si Mbak yang tengah menyetel siaran infotainment. "Rumah tangga sang ustaz kini diambang perpecahan. Sudah tiga bulan ini pak kiai tak pulang ke rumah. Alasannya dia sibuk ceramah. Akankah rumah tangga dai kondang itu berakhir dengan perceraian,".
Rupanya kalimat itulah yang membuat Simbah nyaris tersedak. Maklum kalimat disampaikan dengan intonasi agak lebay,-kalau menurut bahasa gaul anak sekarang. Simbah kaget, "Benarkah rumah tangga Pak Ustaz itu berantakan?.
Belum lama ini ada kabar juga putra seorang ustaz sekaligus eks pajabat dan bekas petinggi partai yang terlibat perbuatan pidana. Si anak ustaz yang juga salah satu pejabat negara itu menganiayai asisten rumah tangganya sampai babak belur.
Kabarnya dia juga pernah direhabilitasi karena menggunakan narkoba. Dia bertemu jodohnya juga di pusat rehabilitasi pengguna narkoba. Perempuan yang kemudian jadi istrinya adalah anak seorang tokoh dan kiai lokal.
Simbah pun geleng-geleng. "Ada ustaz yang rumah tangganya berantakan. Ada juga putra ustaz yang nyabu dan menganiaya orang. Kok bisa?" guman Simbah.
"Ustaz kan juga manusia Mbah," jawab Pak Dhe.
Sebagai manusia, kata Pak Dhe, kadang seorang ustaz terlalu sibuk menyiapkan materi ceramah, juga berdakwah. Ada ustaz yang pergi ceramah sebelum Subuh dan baru pulang menjelang Tahajud. Dan itu berlangsung hampir setiap hari.
"Karena terlalu sibuk ceramah ke sana ke mari dia lupa ceramah untuk istri dan anaknya," kata Pak Dhe.
Ada yang sampai begitu?
"Ada Mbah, kemarin teman saya curhat begitu. Untung dia sadar jadi tak mengambil semua tawaran ceramah," jelas Pak Dhe.
Tugas seorang ustaz, kata Simbah, memang berat. Dia harus memberi pencerahan kepada umat tanpa melupakan keluarga terdekat.
Obrolan Pak Dhe dan Simbah terhenti saat Mbah Mangun muncul di depan Gapura rumah. Kepada Simbah dan Pak Dhe, Mbah Mangun mengajak rapat RT di gedung RW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar