Simbah takjim menyimak ceramah usai Khutbah Jumat hari ini. Duduk di shaf terdepan persis di bawah mimbar, lelaki yang lahir saat tombak serta bambu runcing menjadi senjata andalan melawan Belanda dan Jepang itu menyimak setiap kata yang diucapkan sang khatib.
Saya yang duduk di baris kedua tertarik mengamati Simbah. Saat Khutbah Jumat, Simbah lebih sering terlihat tertunduk karena mengantuk ketimbang menyimak isi ceramah. Ini berbeda dengan saqat khotib memberikan ceramah usai Khutbah Jumat.
Dalam catatan saya, Simbah nampak takjim menyimak ceramah saat Khotib menyindir perilaku segelintir orang yang suka 'pamer' ibadah dengan cara update status, entah itu di Facebook, Twitter bahkan status BBM atau Whatsapp.
"Tengah malam usai Tahajud yang diambil Hp, lalu update status: 'Alhamdulillah dua rakaat di tengah malam yang sunyi dan hening'," sindir Pak Khotib.
Soal update status ini Simbah memang beberapa kali sempat 'gerah'. Ya maklum meski lahir bahkan jauh sebelum 'Generasi X', Simbah tak begitu ketinggalan soal kemajuan teknologi. Dia bisa main Twitter, Facebook atau update status di BBM dan Whatsapp.
Nah, 'kegerahan' Simbah ini bermula saat beberapa kolega di kontak BBM dan Whatsapp-nya memperbarui status yang menurut dia 'pamer'. "Lha kenapa orang ibadah harus dipamerin?, pasang foto Umrah, pasang status OTW Salat Jumat. Ada juga usai menyantuni anak yatim atau nyumbang masjid update status. Ini untuk apa?," kata Simbah dalam sebuah perbincangan dengan saya menjelang petang beberapa hari lalu.
Pertanyaan Simbah itu ternyata diulang Pak Khotib siang tadi. "Untuk apa update status pamer ibadah?" kata Pak Ustaz.
Pasang status ibadah di BBM, Whatsapp dan media sosial, kata Pak Ustaz, bisa-bisa justru melunturkan pahala. "Jadi pekerjaan setan di era digital ini lebih mudah ketimbang dulu. Kalau dulu setan menggodanya, 'jangan ibadah-jangan ibadah'. Kini orang dibiarkan ibadah, tapi habis ibadah dibisikin, update status-update status," papar Khotib.
"Kalau kata orang zaman dulu,'Biar Tekor asal Kesohor'. Kini, 'biar pahala habis asal tetap ngeksis'," tambah sang khotib.
Saya tak mengikuti ceramah sang Khotib sampai selesai karena harus kembali ke kantor. Sementara Simbah dan puluhan jamaah masih khidmat menyimak ceramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar