Artikel tentang kedelai dan tempe ini saya buat untuk editorial di harian detik edisi Jumat, 27 Juli 2012..
artikel utuhnya bisa di lihat di di sini
atau kalau kesulitan buka, baca aja artikel di bawah ini:
Tempe, dan Ironi Sebuah Negeri
Gelar
sebagai negara agraris rasanya sudah tak lagi disandang bangsa
Indonesia. Negeri
gemah ripah loh jinawi, tuwuh kang sarwo tinandur, murah sandang,
pangan. Murah kang sarwo tinuku
tak lagi bisa disuarakan. Hampir semua hasil bumi yang menjadi
kebutuhan pokok rakyat kini harus didatangkan dari luar negeri alias
impor. Beras, gandum, dan terakhir kedelai. Akibatnya ketika stok
dari negara pemasok terbatas, ketersediaan di dalam negeri juga
menipis, hargapun melambung.
Pekan-pekan
ini misalnya, harga kedelai menyentuh Rp 8000 per kilonya.
Berkurangnya kiriman dari Amerika Serikat sebagai pemasok kedelai ke
Indonesia menjadi penyebabnya. Sebuah organisasi yang mengatasnamakan
Koperasi Tahu Tempe Indonesia menyerukan aksi mogok produksi. Seruan
disertai ancaman akan merazia produsen yang tetap memproduksi serta
menjual tahu dan tempe.
Pemerintah
mestinya tak bisa menganggap remeh soal kedelai. Data Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian
menunjukkan, kebutuhan kedelai nasional setiap tahun mencapai 2,3
juta ton. Dari jumlah itu, 60 persen atau 1,6 juta ton di antaranya
didatangkan dari luar negeri. Ketergantungan Indonesia akan kedelai
impor cukup besar.
Ironinya
pemerintah melalui BULOG tak bisa berbuat banyak saat terjadi
lonjakan harga akibat minimnya pasokan kedelai. Akibat krisis
keuangan 1998 Lembaga Moneter Internasional (IMF) memaksa Indonesia
mengelola ekonominya sesuai mekanisme pasar. BULOG dilarang
menjadi stabilator harga 9 bahan pokok, termasuk kedelai, dan
jagung.
Kondisi sekarang
jelas berbeda dengan 1998. Indonesia tak lagi menjadi peminjam, tapi
donatur bagi IMF. Sudah saatnya pemerintah berani memberikan peranan
kepada BULOG sebagai stabilitator harga pangan, termasuk kedelai.
Rentannya pasokan ketersediaan pangan, termasuk ketergantungan
terhadap kedelai impor mestinya menjadi perhatian serius pemerintah.
Revitalisasi peran BULOG harus segera dilakukan. Program swasembada
kedelai harus dipercepat. Rakyat butuh makanan murah yang sehat dan
bergizi seperti tahu dan tempe.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar