Penulis : Zuhairi Misrawi
Penerbit : Kompas
Cetakan : 2011
Tebal : 552
Cara bertutur yang rapi membuat buku ini layak dibaca dan perlu. Bagi pecinta toleransi dan kedamaian.
Pelangi Melbourne mungkin novel pertama Zuhairi Misrawi. Namun bukan buku perdananya. Ada sejumlah buku yang dia karang. Diantaranya Madinah, dan Mekkah. Keduanya diterbitkan oleh Kompas. Meski berbeda gaya, yakni novel dan buku namun pesan yang ingin disampaikan sama. Toleransi.
Novel Pelangi Melbourne menceritakan perjalanan seorang Zaki Mubarak. Lulusan sebuah Perguruan Tinggi Islam di Selatan Jakarta yang kemudian melanjutkan pendidikan di Melbourne, Australia. Pada awalnya Zaki sempat minder. Di Negeri Kanguru penduduk yang seagama dengan dia, yakni Islam sangat sedikit. Mayoritas warga beragama Nasrani. Dalam benaknya menjadi kelompok minoritas tentu tidak nyaman. Mendapat perlakukan diskriminatif, dibatasi hak-haknya, bahkan dilarang beribadah.
Namun, ketakutannya sirna kala sudah menjamah Melbourne. Ibukota Negara bagian Victoria ini begitu ramah pada penghuninya, baik pribumi maupun pendatang. Pada bagian awal novel inilah, pesan yang ingin disampaikan penulis sudah masuk. Meski negara tak mengurusi masalah agama warganya, namun kerukunan bisa tercipta. Zaki leluasa menjalankan syariatnya. Tak ada yang mengganggu, termasuk pemilik kos yang beragama non muslim.
Selain masalah syariat, Gus Mis, begitu si penulis novel biasa dipanggil, juga menggambarkan betapa Melbourne sangat memanjakan warganya dengan berbagai fasilitas. Transportasi, jaminan keamanan lingkungan, dan tempat belajar yang mendukung. Penulis kemudian membandingkan itu dengan Jakarta. Macet, banjir, seringnya terjadi kemacetan hingga padatnya jumlah penduduk.
Masalah kemudian muncul saat Zaki pacaran dengan Diana Lee, gadis asal Denmark yang beragama Nasrani. Enam bulan berhubungan, Zaki pulang ke Jakarta karena kursus Bahasa Inggrisnya telah selesai. Kepada sang Ibu dia sampaikan maksudnya untuk melamar Diana. Meski sempat shock sang Ibu akhirnya merestui setelah mendapat ceramah dari Kiai Mustajab, seorang ulama terpandang di dekat rumah Zaki.
Sayang keluarga besar, tak merestui hubungan berbeda agama. Tragisnya warga sekitar rumah juga tidak meridhoi. Bahkan mereka memboikot warung nasi, usaha satu-satunya sang Ibu. Sungguh kontras dengan suasana Melbourne. Namun Zaki tidak ingin memperuncing masalah. Dia mengalah, dan memutuskan pindah dari Jakarta Selatan ke Jakarta Barat.
Zaki kembali ke Melbourne untuk melanjutkan kuliah S2. Setelah mendapat restu sang Ibu, dia melanjutkan hubungan kasih dengan Diana. Nasib keduanya meski berbeda agama, namun lebih beruntung daripada Ahmad dan Raudha. Meski Ahmad dan Raudha sama-sama muslim dan berasal dari negara yang sama yakni Arab Saudi namun cinta mereka tak berlanjut ke pernikahan.
Dalam budaya Arab Saudi, soal jodoh seorang wanita harus tunduk pada keputusan orang tua. Tak hanya itu, isteri harus terima saat sang suami hendak poligami. Meski pesimis Raudha menyampaikan keinginannya pada sang ayah. Keinginan Raudha hampir saja dikabulkan sang ayah. Sayang perbedaan klan diantara Ahmad dan Raudha menghalangi cinta mereka. Raudha berasal dari klan Otaiba dan Ahmad Qahtan. Kedua klan itu mempunyai sejarah konflik berkepanjangan yang tak usai sampai sekarang. Raudha dan Ahmad batal bersanding di pelaminan. Sementara Zaki dan Diana meski berbeda agama dan negara akhirnya menikah dan berbulan madu ke Jerusalem.
Pesan Gus Mis tak hanya dalam diskripsi kehidupan Meulbourne, Jakarta, dan Arab Saudi. Namun juga disisipi dalil Alqur'an dan hadist. Memang dari sisi editorial masih ada beberapa alinea yang tidak efisien. Misalnya, pada halaman 244 alinea 4. “Selain dikenal karena pantainya, St.Kilda juga dikenal dengan taman bunga yang hijau, yang dikenal dengan St. Kilda Botanic Gardens. Lalu, di samping itu ada tempat dunia fantasi yang kerap dikunjungi anak-anak, yang dikenal dengan Luna Park. Selain itu, ada tempat yang dikenal dengan kuenya, seperti Acland Street, dan tempat yang dipenuhi rumah-rumah tua, yang dulunya merupakan tempat prostitusi, seperti Robe Street”.
Alinea itu bisa saja dirampingkan, Selain karena pantainya, St.Kilda juga memiliki St. Kilda Botanic Gardens dengan taman bunganya yang hijau. Ada juga Luna Park, semacam dunia fantasi yang kerap dikunjungi anak-anak. Ada tempat yang dikenal dengan kuenya, seperti Acland Street, dan tempat yang dipenuhi rumah-rumah tua, dulunya merupakan tempat prostitusi, seperti Robe Street”.
Namun, editorial itu tak menghalangi pesan yang ingin disampaikan penulis. Cara bertutur yang rapi membuat buku ini layak dibaca dan perlu. Bagi pecinta toleransi dan kedamaian.
ERWINDAR (twitter, @erwindar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar