Beranda

Jumat, 12 Juni 2009

Sehari Bersama Sandra Dewi





Sehari Bersama
Mimpi-mimpi Sandra Dewi
"Saya selalu berdoa setiap mempunyai keinginan."
Pukul 09.00 Studio Indosiar Daan Mogot, Jakarta Barat
Mengenakan sack-dress halter-neck warna biru dikombinasi dengan embroidery rancangan Edward Hutabarat, Sandra Dewi masuk ke studio 2 Indosiar di bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat. Rambut panjangnya dikepang kuda. Aksesori, seperti gelang, anting, dan jam tangan, melengkapi penampilannya pada Kamis pagi pekan lalu.
Sayang, dara kelahiran Pangkalpinang, Bangka Belitung, 8 Agustus 25 tahun lalu itu tak ingin merek yang ia kenakan dikenal publik. Alasannya, dia khawatir perusahaan lain yang akan menjadikannya model iklan mengurungkan niatnya.
Mengenai batik, pemilik nama asli Monica Nicholle Sandra Dewi Gunawan Basri ini mengaku menyukainya sejak belum menjadi primadona seperti saat ini. Saking sukanya, setiap pergi ke Yogyakarta, Sandra selalu meluangkan waktu ke toko batik Mirota.
Dengan mengenakan baju bermotif batik, khususnya yang mini, perempuan yang mulai dikenal di jagat hiburan lewat film Quickie Express ini merasa lebih anggun dan percaya diri. Mengenai motif, dia tidak pilih-pilih. "Apa pun jadi, yang penting batik," kata Sandra sesaat setelah memasuki studio.
Tak perlu yang mahal-mahal, batik dengan Rp 30 ribu pun pernah ia kenakan untuk sebuah acara syuting. Sayang, dia enggan menyebut nama acara tersebut. Peristiwa itu terjadi di awal-awal terjun ke dunia entertainment pada 2006.
Saat itu tak jarang dia mengenakan baju yang sama untuk beberapa kali acara, sehingga banyak penggemarnya yang melontarkan kritik. Dia pun kemudian mulai aktif berburu pakaian ke beberapa pusat belanja.
Hari itu Sandra mengenakan baju rancangan Edward karena didaulat menjadi presenter acara Natal di stasiun televisi Indosiar. Inilah untuk pertama kalinya dia mendapat job sebagai presenter. "Jadi saya harus tampil beda," kata anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Andreas Gunawan Basri dan Chatarina Erliani ini sambil memasuki ruang makeup.
Sekali lagi, Sandra Dewi menolak menyebut merek kosmetik yang sering dia pakai. Untuk wajah, dia jarang menggunakan alas bedak, karena tak suka. Seringnya justru dia memakai bedak bayi. Dalam hal makeup, lulusan London School and Public Relations, Jakarta, ini mengaku sering melakukannya sendiri, kecuali untuk acara syuting, baru dia percayakan kepada penata rias artis.
Peraih penghargaan Indonesia Movie Award kategori pemain pendatang baru 2008 untuk film Quickie Express ini mengaku jarang melakukan perawatan kulit, dan wajah; seperti facial, luluran, spa, atau massage.
Bukan karena wajahnya tak pernah bermasalah. Jerawat selalu hadir di wajahnya setiap bulan, bersamaan dengan datangnya menstruasi.
Oleh seorang dokter, dia disarankan tak memaksa jerawat itu pecah sebelum waktunya, dengan cara memencet. Sebab, cara itu justru akan mengakibatkan bekas hitam pada wajahnya. Akhirnya dia biarkan jerawat itu hingga bosan menempel di wajah ayunya tersebut.
Dari dokter itu pula dia memperoleh informasi bahwa facial justru menyebabkan kulit wajah berlubang. Makanya dia lebih suka mengenakan masker tisu untuk membersihkan kotoran di wajahnya.
Meski baru pertama kali menjadi presenter, proses syuting berjalan lancar. Hanya sedikit adegan yang diulang. Apa resepnya? "Saya selalu berdoa setiap mempunyai keinginan," katanya lirih.
Selain berdoa, dia kerap berpuasa, termasuk dalam hal memilih jodoh. Target dia berumah tangga pada usia 25 tahun meleset karena, dari sejumlah pria yang melakukan pendekatan, belum ada satu pun yang cocok di hatinya. Dia pun melonggarkan targetnya menjadi 28 tahun.
"Pria impian saya seperti Edward Cullen," Sandra menyebut kriteria pria idamannya, seorang tokoh dalam film Twilight, arahan sutradara Chaterine Hardwicke.
Cinta, perhatian, kasih sayang, dan perlindungan yang diberikan Edward kepada kekasihnya membuat artis yang mendapat predikat tercantik dari sebuah media infotainment ini jatuh hati. "Itu (cinta, perhatian, kasih sayang, dan perlindungan) yang membuat saya dan kebanyakan wanita kelepek-kelepek," ujar Sandra dengan mimik ekspresif.
Masalah jodoh, duta antinarkoba ini tak terlalu muluk-muluk. Pintu hati Sandra justru tertutup bagi kalangan artis. Profesi artis, yang banyak menghabiskan waktu di lokasi syuting, menjadikannya ingin mencari pria dari kalangan orang biasa saja, yang mempunyai banyak waktu luang untuk keluarga.
Pria yang berprofesi sebagai pengusaha dan pekerja keras boleh sedikit lega. "Saya ingin calon suami saya bukan orang yang malas-malasan," kata Sandra.
Syuting usai menjelang tengah hari. Mengendarai Nissan Serena, kami meninggalkan studio Indosiar. Kali ini kami berkeliling ke beberapa tempat di Jakarta untuk urusan yang tak boleh disebutkan.
Lagu-lagu Mariah Carey menemani selama perjalanan. Penyanyi asal Amerika Serikat itu idola Sandra. Sesekali perempuan dengan berat badan 47 kilogram dan tinggi 168 sentimeter ini menyedot teh pare dan teh rosela, dua jenis minuman yang selalu ada di mobilnya.
Teh pare, yang berasal dari pare yang dikeringkan, dan teh rosela selalu dia minum setiap hari. Itu dilakukan sejak tiga tahun lalu atau setelah terjun ke dunia entertainment, untuk menetralisasi kadar gula yang ada dalam tubuhnya. Saat menjalani jadwal syuting yang padat, dia gemar minum minuman yang manis, seperti teh kemasan atau susu kemasan.
Berkeliling di Jakarta lebih dari empat jam, tak satu pun makanan masuk ke mulut Sandra. Dia mengaku jarang makan siang. Rahasianya, porsi makan paginya diperbanyak.
Seperti pagi harinya sebelum beraktivitas hari itu, sepiring nasi uduk, tempe, mi goreng, tahu, dan kerupuk menjadi menu sarapan perempuan yang suka berselancar di dunia maya ini. Kerupuk harus selalu ada saat dia makan. Bahkan sampai ke luar negeri sekalipun harus ada kerupuk. "Pernah saya tidak bisa kenyang karena tidak makan kerupuk," ujar perempuan yang sering memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca novel ini.
Adapun nasi putih, perempuan yang pernah sekali makan daging monyet dan ular untuk kepentingan penyembuhan ini mengaku tak suka. Alasannya, menurut dia, nasi putih tak ada rasanya sekalipun dicampur dengan berbagai aneka lauk-pauk.
Dia terpaksa makan daging monyet untuk penyembuhan penyakit sesak napas yang dideritanya. Dan daging ular ia makan karena dia pernah digigit binatang buas tersebut.
Pukul 17.00 Rumah Sandra Dewi Kedoya, Jakarta Barat
Selain Nisan Serena yang kami tumpangi, di garasi rumah dua lantai itu terparkir Toyota Avanza dan Toyota Yarris. Serena dia kendarai untuk perjalanan di dalam kota dengan jarak pendek. Avanza untuk perjalanan jarak jauh, dan Yarris dia kendarai sendiri apabila sopirnya tak masuk kerja.
Sebuah media infotainment menunggu Sandra untuk wawancara. Topiknya predikat dia sebagai Indonesia top searches 2008 di Yahoo.
Terjun ke dunia entertainment bukanlah cita-cita awal Sandra. Awalnya dia ingin menjadi seorang public relations, sehingga melanjutkan kuliah di London School and Public Relations.
Cita-cita itu sempat menjadi kenyataan pada 2005, setelah perempuan yang pernah menjadi duta pariwisata Jakarta Barat ini lulus dan menjadi public relations di sebuah perusahaan akuntan. Tapi itu hanya berlangsung kurang dari satu tahun.
Pada 2006, dia mengikuti "Fun Fearless Female" majalah Cosmopolitan, dan meraih juara ke 2. Nia Dinata, salah satu juri dalam ajang tersebut, kemudian mengajak Sandra main di film yang ia sutradarai. Merasa materi yang didapat lebih banyak ketimbang bekerja di perusahaan akuntan, Sandra beralih ke dunia seni peran.
Sebagai pendatang baru dan main bersama Aming serta Tora Sudiro, Sandra sempat minder. Dorongan semangat dari Nia Dinatalah yang akhirnya menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Sukses bermain di film Quickie Express, tawaran bermain sinetron dan menjadi bintang iklan pun membanjirinya. Berturut-turut, dia membintangi sinetron Kejamnya Dunia, Hidayah, Cinta Indah, Elang, dan Saya Jameela. Terakhir dia membintangi film Tarzan ke Kota, yang masih diputar di bioskop-bioskop pada pekan ini.
Selain akting, perempuan yang langsung sesak napas begitu mencium asap rokok ini juga membintangi berbagai iklan. Bahkan dari iklan inilah dia mendapat honor yang lebih banyak. "Namun, untuk dikenal dan menjadi bintang iklan itu kan harus main film dulu," katanya.
Mengenai honor, perempuan yang ingin berbisnis kos-kosan khusus pria ini enggan menyebut angka persisnya. "Nggak besarlah," kata dia. Urusan besarnya honor, semua ditentukan oleh adik-adiknya, yang juga menjadi manajernya.
Adik-adiknyalah yang juga mengatur keuangan untuk kebutuhan Sandra selama satu bulan. Tak banyak uang yang dibutuhkan Sandra dalam sebulan. Dia mengilustrasikan, pengeluarannya dalam sebulan hanya untuk bensin. Makan sehari-hari biasanya di lokasi syuting dan sudah disediakan oleh pihak produser.
Sandra mengaku suka ke pusat belanja, untuk sekadar jalan-jalan atau berbelanja. Tapi jenis belanjaannya bukan kategori mahal untuk ukuran artis. Melihat barang dengan harga Rp 500 ribu pun dia mundur.
Praktis, pengeluaran dia selama satu bulan hanya untuk membeli bensin. "Antara Rp 2 dan 4 juta-lah," kata perempuan yang jarang berolahraga ini.
Sejak memiliki jadwal padat, Sandra jarang melakukan olahraga. Hal yang masih sering dia lakukan adalah senam di kamar selepas bangun tidur.
Tak banyak waktu luang yang ia miliki dan harinya juga tak tentu. Ketika memiliki waktu luang, pencinta novel Twilight karangan Stephenie Meyer ini memanfaatkannya untuk membaca novel.
Sesekali dia berkumpul bersama teman-teman masa SMA ataupun kuliah di Starbucks menikmati green tea late, minuman favorit perempuan yang tak suka kopi ini.
Pukul 18.30 Gereja St Thomas Kedoya, Jakarta Barat
Hal yang rutin dilakukan Sandra dan keluarganya menjelang Natal adalah melakukan pengakuan dosa. Selama setengah jam dia berdoa di dalam gereja.
Selepas dari gereja, pemeluk Katolik ini memiliki satu acara lagi: bertemu dengan salah satu kliennya. Tapi, untuk yang satu ini, dia tak mau diikuti. Kami pun berpisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar