Beranda

Selasa, 28 Agustus 2012

Pak Presiden, Sampang Bukan Hanya Soal Intelijen

Artikel ini, selengkapnya bisa dibaca di www.edisi.hariandetik.com edisi Selasa, 28 Agustus 2012. 
 

Sampang Bukan Hanya Soal Intelijen

foto by Google


Miris. Sebuah peristiwa berdarah terjadi di hari yang masih dalam suasana Idul Fitri. Dua orang tewas dan puluhan rumah dibakar dalam penyerangan yang dilakukan terhadap kelompok Islam Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur. Ironinya ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi di tempat tersebut.


Desember 2011, atau delapan bulan lalu terjadi aksi serupa. Saat itu rumah pimpinan Islam Syiah, mushalla dan madrasah kelompok Islam minoritas ini diserang oleh kelompok massa anti-Syiah.
Tak kurang 200 pengikut Islam Syiah terpaksa mengungsi. Aparat Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian berhasil meredakan ketegangan dua kelompok tersebut. Sayang penyelesaian sengketa itu rupanya belum tuntas. Dendam dua kelompok masih membara, dan siap menyala setiap saat.


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai aparat keamanan waktu itu tidak menyelesaikan peristiwa itu dengan tuntas. Ditambah kinerja intelijen lokal, baik kepolisian maupun komando teritorial TNI yang tidak optimal sehingga gagal mengantisipasi terjadinya kerusuhan. Opini ini bukan bermaksud menggurui para pemangku kebijakan. Menyalahkan masa lalu, khususnya kinerja intelijen tentu bukan hal yang bijak.


Persoalan Sampang bukan hanya urusan intelijen baik kepolisian maupun TNI. Ada isu Suku Agama, ras, dan antar golongan yang harus diredam. Dan ini harus melibatkan Kementerian Agama , termasuk para ulama, dan tokoh masyarakat. Kepada merekalah umat ini bisa ditenangkan. Pemerintah harus sigap. Isu SARA tak boleh dibiarkan berkembang subur di masyarakat, karena bisa dengan mudah berkembang menjadi anarkis.


Pemerintah tentu bisa berpesan kepada para ulama, termasuk pengajar di lembaga pendidikan agar memberikan materi ceramah yang tidak mengadu domba, atau menyebarkan bibit kebencian terhadap golongan lain. Presiden Yudhoyono sudah berpengalaman menyelesaikan perseruan di wilayah konflik. Saat menjabat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, lulusan terbaik Akademi Angkatan Bersenjata 1973 ini bersama Jusuf Kalla, tercatat berhasil meredakan konflik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah.


Kini kita tentu berharap, Presiden bisa segera meredam isu SARA yang terjadi di negeri ini. Tak hanya yang terjadi di Sampang, tapi juga ditempat lain. Negeri ini butuh kedamaian. Rakyat butuh kebebasan beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar