Beranda

Jumat, 02 September 2011

Sejuta Makna Tembang Ilir--ilir


Rutinitas pagi kala libur lebaran. Nyruput teh sama Bapak, tales rebus, sama kacang Mede.
Sesekali buka BB u/ ngecek dunia perkicauan.
Membaca Kicauan kawan @cyapila tentang lagu ilir--ilir. Lagu dolanan yang konon diciptakan Kanjeng Sunan Kalijaga.

Sering dianggap tembang dolanan karena dinyanyikan saat bermain-main oleh anak-anak pada saat terang bulan.

Pak Karno, Guru SD saya pernah berkisah tembang ini bukan sekedar nyanyian dolanan biasa. Ada makna mendalam terkandung dalam tembang sederhana ini.

Konon diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, meski tak ada sejarah oetentik yang membuktikannya. Namun masuk akal, mengingat para Sunan waktu itu menyebarkan Islam dengan pendekatan budaya jawa. Salah satunya lagu. Selain ilir-ilir ada Kidung Rumekso ing Wengi.. Dan berbagai tembang macapatan.

Baik, mari membedah maknanya satu persatu. Saya coba riset dari beberapa blog, salah satunya Blog yang dibuat oleh group Suara Merdeka. krn saya bukan ahli bahasa..

Ilir-ilir

Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure (hu)wus sumilir ( Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi)

Kanjeng Sunan mengingatkan. Saatnya umat Islam berjuang, menegakkan syariat Rasul. Sebuah harapan baru telah muncul, laksana tanaman yg mulai bersemi. Rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.

Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar. (Hijau yang menyejukkan, tak ubahnya sepasang pengantin baru)

Hijau adalah warna kejayaan Islam. Islam saat itu laksana pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi. (Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu)

-- Ada yg menafsirkan anak gembala sebagai pemimpin. Tapi menurut saya ini hanya perumpamaan saja. Kanjeng Sunan tentu memperuntukkanya bagi semua orang. Karena pada dasarnya setiap orang adalah pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.

Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira (Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu).

Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet.

Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa.

Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir ( Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek)

Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore ( Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore)

--- Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung gedhe rembulane, mumpun jembar kalangane.. (Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang)

Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.

Ya suraka, surak hiya.. (Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA)

Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

Semoga bermanfaat..
Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar