Beranda

Kamis, 20 Oktober 2011

Secangkir Kopi untuk Pak Polisi


Rabu malam, belum larut baru sekitar pukul 09.00 malam. Melintas di Senayan City dari Hang Lekir arah Senayan. Persis di depan Senayan City ada trafic light yang dibuat untuk mengatur araah kendaraan masuk ke Mall dengan kendaraan yang mengarah Senayan.

Lampu menyala merah, hanya dari arah berlawanan memang tak ada kendaraan. Saya berada di sisi paling kanan, berhenti sejenak. Lampu masih merah saat pengendara di sisi sebelah kiri yang membawa anak kecil di bagian depan motor melaju. Terpancing oleh langkah sang pengemudi saya juga ikut jalan. Baru sadar bahwa lampu masih merah setelah gas aku tarik.

Sial di seberang ada polisi dengan kendaraan patrolinya. Aku mencoba cuek. Rupanya dia mengejar. Persis di depann gerai ATM BRI saya dihentikan. Oke saya berhenti, karena memang saya salah.

Beda dengan polisi pada umumya, ini anggora Polantas dengan pangkat Brigadir satu agak kurang ramah. Biasanya kan hormat dulu, ucapkan selamat malam, bla..bla..bla.

Ini polisi langsung aja nrocos, ”Anda gimana lampu masih merah jalan,”
”Maaf, saya salah liat. Tadi bapak yang di ujung jalan, saya kira lampu sudah hijau,”.

”Keluarkan surat-surat,”.

Surat aku serahkan, pria kira-kira usia hampir 40 tahun ini turun dari motor agak melompat. Motor gedenya menimpa kendaraanku. ”Haduh!.

”Kenapa, Anda gak terima,?” ”Ada yang lecet, saya gan ti motor Anda,”.

Kali ini si Polisi dengan lagak kasar. Emosi mulai terpancing. Dari sisi fisik jelas dia menang. Lebih kekar dari saya. Tapi pikir saya dia tak mungkin ngajak berantam.

”Lho Anda kasar sekali, apa maksud Anda,” tak kalah galak saya. Sok galak.

”Iya ada yang lecet?”.

”Saya tau Anda bisa ganti motor saya. Tapi sikap Anda sudah kasar. Ini urusan lain,”. Saya turun dari motor, lepas Helm.

”Lho saya memang bawaanya begini. Bukan kasar, saya dari luar jawa. Beda dengan Mas yang dari Jawa,”.

Hahaha... rupanya nih polisi sudah mulai keder juga
”Ya udah silahkan Anda tilang, saya yang salah,”

”Bukan masalah tilang Mas, yang penting Mase sudah mengakui salah,” Dia menunjukkan beberapa surat mobil dan motor yang telah dia tilang.

Akhirnya si polisi tak jadi menilang saya.
Dia pun ngajak ngobrol ngalor ngidul, tentang perjalanan kariernya.

Kasihan juga nih polisi. Akhirnya doi aku ajak ngopi ke sebuah warung di samping senayan City.  

Secangkir kopi item, indomie telur menemani obrolan kami selama hampir satu jam. Pria yang mengaku kelahiran Sumatera Utara ini curhat soal nasibnya sebagai polisi.. Ku coba menjadi pendegar setia. dan sori tak bisa ditulis di sini. yah seperti biasa terlalu normatif..lah
Total habis Rp 15 ribu berdua.

Heheha… ini bukan suap kan? Tapi nraktir..

Salam

----Erwindar---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar