Beranda

Minggu, 17 Juni 2012

Agar Jakarta Tak Dibenci Dunia








Mengatasi solusi kemacetan Jakarta, ibarat menegakkan benang basah di atas tepung alias susah.  Tapi sore itu untuk kesekian kalinya kami mendapat giliran nulis Tajuk. Tema kali ini adalah seputar alasan Jakarta dinobatkan sebagai salah satu kota paling dibenci di dunia.  Jujur ini tema terberat. soal macet ini sudah sering dibahas. Tapi apa dikata, kewajiban harus dilaksanakan. Tajuk harus dibuat.. dan inilah hasil yang kemudian dimuat di http://www.edisi.hariandetik.com/  

Jakarta dinobatkan sebagai kota nomor tujuh paling dibenci wisatawan di dunia. Adalah situs berita internasional CNN yang melansir warta tersebut. Memang meski mendapat predikat paling dibenci bukan berarti Jakarta kota terburuk. Namun ini harus tetap menjadi perhatian serius. Beberapa indikator seperti; lalu lintas yang ruwet, polusi, dan kekumuhan adalah hal yang tak bisa dipungkiri terjadi di Ibu kota ini.


Tak salah jika kemudian salah satu yang disurvei CNN menyebut, "Jakarta seperti 'Durian Besar', bau-nya menyengat dan butuh perjuangan untuk menikmatinya,". Cukup 7,84 detik, untuk merasakan padatnya Jakarta. Ibarat menegakan benang basah di atas tepung. Begitu barangkali ungkapan untuk menggambarkan, betapa sulitnya menyelesaikan kemacetan di Ibu kota ini. Belum ada dalam sejarah, Gubernur di kota dengan luas 661,52 kilometer persegi ini sukses memecahkan masalah ruwetnya lalu lintas.


Upaya pemecahan bukan tak ada. Berbagai cara dilakukan. Tahun 2003 dibentuklah Dewan Transportasi Kota Jakarta atau DTKJ. Sejak itu, berbagai proyekpun dilakukan. Mulai dari pelebaran jalan, pembuatan jalan baru, jalan layang, hingga jalur khusus untuk Busway. Sayang semua langkah itu tak cukup mujarab. Bertambahnya ruas jalan tak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan di Jakarta. Selama 2011 ada 12 juta kendaraan memadati jalanan di Jakarta. Angka ini meningkat dari 2010 yang sebanyak 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat.
Sementara pertumbuhan luas jalan relatif tetap, sekitar 0,01 persen pertahun. Jika tak segera ada pembenahan pola transportasi, diperkirakan tahun 2014 nanti Jakarta akan mengalami kemacetan total. Imbasnya polusi, dan kekumuhan juga makin parah. Satu penyebab utama sulitnya mengatasi kemacetan adalah karena tak ada program terencana dari pemerintah Jakarta. Program hanya jadi alat jualan saat kampanye pemilihan calon gubernur, namun minim implemantasi. Sudah saatnya pemerintah mempunyai rencana terstruktur untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Bila perlu pemerintah pusat harus membentuk lembaga tersendiri yang bertugas membenahi lalu lintas di Ibu Kota ini. Sayang jika kota dengan penduduk 9,6 juta jiwa ini justru dihindari oleh wisatawan manca negara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar