Beranda

Senin, 12 Juli 2010

Ayo, Kembali ke Sekolah

Sumber: www.korantempo.com



Rencanakan liburan untuk anak secara terperinci dan sampaikan kepadanya agar tidak terlena ketika harus kembali sekolah.


Liburan pertengahan 2005 tidak terlupakan oleh Indrawati, 33 tahun. Ketika itu, ibu rumah tangga ini kebingungan membujuk putri pertamanya, Najwa Khatami, yang ogah sekolah. Padahal liburan sudah berakhir.

Mogok sekolah Najwa, yang kini sudah berusia 10 tahun, itu terjadi berkepanjangan. Awalnya Iin--panggilan Indrawati--mengira Najwa hanya terlalu letih setelah seminggu berlibur ke beberapa tempat wisata di Solo, Jawa Tengah. Karena itu, Iin membiarkan Najwa tak masuk sekolah pada hari pertama. Ia yakin Najwa akan kembali ke sekolah setelah beristirahat. Tapi perkiraan itu meleset.

"Hingga satu minggu kemudian, Najwa tetap tidak mau sekolah," kata Iin, Senin dua pekan lalu, di rumahnya di bilangan Senen, Jakarta Pusat.

Najwa, yang saat itu masih kelas I sekolah dasar, malah asyik bermain dengan adik dan anak-anak tetangganya, yang memang belum bersekolah.

Agar Najwa tertarik kembali bersekolah, Iin membujuk dengan bermacam iming-iming hadiah. Dia juga datang ke sekolah untuk berkonsultasi dengan guru kelas, mencari cara agar anaknya tertarik belajar lagi. "Tapi semuanya gagal. Najwa tetap tak mau sekolah," Iin bercerita. Akhirnya Iin dan sang suami membiarkan anaknya itu tidak masuk sekolah sampai tahun ajaran 2005/2006 berakhir.

Baru kemudian, pada tahun ajaran berikutnya, Najwa mau pergi ke sekolah lagi. "Itu pun setelah diiming-imingi ulang tahunnya akan dirayakan di restoran," kata Iin. Akibatnya, Najwa, yang seharusnya sudah di kelas IV sekolah dasar, baru duduk di kelas III. Pengalaman Najwa ini benar-benar dijadikan pelajaran bagi Iin. Dia dan keluarganya kini jarang berlibur, kecuali libur panjang akhir tahun ajaran.

Konsultan pendidikan anak usia dini Mutiara Padmosantjojo menilai wajar anak yang malas bersekolah lagi setelah berlibur. Menurut dia, gejala yang dikenal dengan holiday syndrome ini kerap dialami tak hanya oleh anak sekolah. Orang-orang dewasa yang bekerja pun sering mengalaminya.

Pada anak sekolah, kata Mutiara, biasanya terjadi karena orang tua tidak memiliki perencanaan acara yang matang dalam mengisi liburan. Anak-anak tidak bisa diajak berpikir secara abstrak, tapi harus secara konkret. Anak tentu senang ketika acara liburan disampaikan secara mendadak dan tidak terencana. Tapi kegirangan itu terkadang membuat mereka terlena. Akibatnya, anak-anak malas ketika harus kembali ke sekolah lagi.

Untuk menghindarinya, Mutiara menyarankan agar orang tua menyusun jadwal dan mensosialisasi rencana liburan jauh hari sebelumnya kepada anak. Akan lebih baik apabila rencana itu dituangkan dalam bentuk grafik. "Hari pertama acara apa, kedua apa, dan seterusnya," kata Mutiara melalui saluran telepon internasional di Singapura, Rabu lalu.

Acara sebaiknya disusun sedemikian rupa agar tidak memberatkan anak, mirip kegiatan olahraga yang memerlukan pemanasan dan pendinginan suhu tubuh. Mutiara mencontohkan, apabila terdapat 10 hari libur, acara-acara yang ringan sebaiknya dilakukan pada hari pertama hingga hari ketiga. Acara puncaknya dilakukan pada hari ke-4, ke-5, dan hari ke-6. Pada hari ke-7 dan ke-8 kembali isi acara liburan dengan hal-hal yang ringan agar perasaan anak lebih tenang.

"Setiap hari orang tua harus mengingatkan, 'Ini sudah hari libur kesekian, lo,'" Mutiara mengilustrasikan. Mutiara menganjurkan agar liburan diakhiri satu hari menjelang masuk sekolah, jangan terlalu mepet, agar ada waktu bagi anak untuk mempersiapkan keperluan sekolah dan mental.

Apabila anak tetap ngotot ingin menambah waktu liburan, orang tua boleh memberi iming-iming hadiah atau janji-janji. Namun, orang tua tetap harus konsisten dan menepati janji. "Sebab, yang terpenting esensinya adalah agar anak tetap ingat pada kewajibannya kembali ke sekolah. Tidak mengulur-ulur waktu." l ERWIN DARIYANTO

Sebelum Berlibur

1. Susun rencana liburan jauh-jauh hari sebelumnya, dan sampaikan kepada anak.
2. Buat program acara secara terperinci dari hari ke hari.
3. Buat dalam bentuk grafik.
4. Isi awal liburan dengan acara-acara yang ringan, kemudian puncaknya dilakukan pada tengah-tengah. Agar anak kembali tenang, dua hari menjelang liburan berakhir, isilah dengan acara yang ringan.
5. Ingatkan anak setiap hari bahwa ini hari liburan kesekian.
6. Jangan terlalu mepet mengakhiri liburan agar ada waktu buat anak untuk mempersiapkan mental dan keperluan sekolah.
7. Jika tidak terpaksa, usahakan tidak memberikan imbalan kepada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar