Beranda

Minggu, 25 Maret 2012

Adakah Tuhan di Twitter?




Ahad malam kepenuhi undangan dari kawan lama. Sekedar ngopi sambil menikmati malam di Taman Menteng. Hanya secangkir kopi yang dijajakan oleh abang-abang yang membawa sepeda onthel keliling. Kami bertiga ngobrol di salah satu sudut Taman Kodok. Taman ini persis terletak di belakang Taman Menteng.

Di tengah keramaian akhir pekan, tiba-tiba kawan saya nyeletuk. “Kau pikir dengan berdo'a dan sok sholeh di twitter, Tuhan akan mendengar?,”.

Terang
saja saya kaget. Tak ada hujan, tak ada angin tiba-tiba dia nyerocos. Rupanya baru saja dia membaca salah satu twett followernya. Bunyinya begini, “Dalam kesendirian ini kuserahkan hidupKU. Lindungi dia yang kucintai ya Rabb,”.

Dari satu kicauan itu akhirnya kami terlibat diskusi serius. Twitter adalah dunia bebas. Pengguna bisa memanfaatkan untuk apapun. Diskusi, mengomentari kebijakan publik, mewartakan sebuah peristiwa. Termasuk barangkali berdo'a kepada Tuhannya. Adakah yang salah?

Tentu tidak. Hanya karena memang twitter, facebook, dan sebagainya merupakan dunia maya, seringkali orang tidak bisa melihat dengan nyata apa sebenarnya maksud yang ditulis oleh si pengguna. Tak jarang terjadi kesalahpahaman antara dua orang pengguna dunia maya.

Kembali ke soal Tuhan di twitter. Beberapa aktivis, ulama atau siapapun sering kali menggelar kultwit. Beberapa diantaranya malah berdo'a. Tentu ada yang tak nyaman dengan kicauan yang sok alim, menceramahi, atau menggurui. Salah satunya teman saya tadi. Bagi dia, twitter bukan ranah untuk menunjukkan kadar kesholehan, atau keimanan seseorang.”Kalau ingin berdo'a ya di masjid. Menunjukkan di twitter itu sama juga Riya,” kata dia.

Diskusi makin memanas. Soal riya, pamer itu adalah urusan umat dengan Tuhan. Belum tentu juga kan orang yang berdo'a di twitter dengan mengharap pujian dari orang lain, atau ingin dilihat sok alim. “Lalu buat apa dia masang status sok alim di twitter,” dia kembali berdalih.

Sekarang begini, kalau toh dia bermaksud pamer, atau apapun dengan do'a tersebut. Apa urusan kita. Toh dia tak menyinggung kita. Dia menulis di status twitter, pakai akun dia sendiri. Kalau kita tak suka, tak nyaman tinggal unfllow. Selesai. Cangkir kopi plastik kami hanya tertinggal ampasnya. Malam menginjak separuh waktu, tapi Jakarta masih benderang. Wedang bandrek, kacang dan jagung rebus ganti menemani kami. Dan obrolan kami tak pernah mencapai titik temu.

Saya, kami, dan juga barangkali Anda tak pernah tau apakah Tuhan peduli dengan twitter atau tidak. Yang jelas, kata pak Kiai Tuhan pasti menjawab do'a setiap umatnya.

Selamat hari Senin ki Sanak

salam
--Erwindar--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar